Di bawah langit Aceh yang terik, pada 5 April 1873, kapal-kapal besar Belanda merapat di Pante Ceureumen, membawa pasukan yang dipimpin oleh Jenderal Johan Harmen Rudolf Khler. Tiga ribu lebih tentara berbaris, serupa ombak yang hendak menerjang, namun kali ini untuk menguasai Masjid Raya Baiturrahman, jantung spiritual Aceh.
Tetapi Aceh bukanlah tanah yang mudah ditaklukkan di setiap sudut wilayah, semangat rakyat berkobar bagai nyala api. Dalam pertempuran itu, seorang prajurit Aceh mengangkat senapannya dan melepaskan peluru yang mengakhiri langkah sang jenderal besar. Nama Khler tertinggal abadi di bawah pohon kelumpang dekat pintu utara masjid, pada sebuah monumen kecil yang sunyi, seakan menjadi ingatan abadi atas kegagalan invasi yang pernah terjadi.
Masjid Raya Baiturrahman, bagai sebuah permata di tengah Kota Banda Aceh, bukan hanya bangunan megah namun juga saksi berbagai kisah pilu. Didesain pertama kali oleh Gerrit Bruins dan dilanjutkan oleh L.P. Luijks, masjid ini mengguratkan arsitektur gaya Mughal, dengan kubah hitam besar dan menara-menara menjulang yang melambangkan kemegahan sekaligus keteguhan. Kubahnya, beratapkan sirap kayu keras, memberi sentuhan khas Aceh yang kokoh, setia berdiri walau diterpa waktu dan gelombang sejarah.
Perlawanan yang Menyala Hingga Tsunami yang Menyapu
Takdir membawa Baiturrahman ke perjalanan panjangnya, tak sekadar tempat ibadah, tapi juga saksi perlawanan. Di masa konflik antara Aceh dan Republik Indonesia, Masjid Baiturrahman menjadi tempat rakyat berkumpul dalam referendum 1999, sebagai saksi bisu jutaan suara yang menyatakan sikap.
Dan ketika gempa dan tsunami mengguncang pada 24 Desember 2004, masjid ini tetap berdiri, seolah bumi dan laut tunduk pada keagungan tempat ibadah ini. Cerita rakyat mengisahkan bahwa air laut berhenti tepat di tangga terakhir masjid, seperti ada batas tak kasat mata yang melindungi mereka di dalamnya.
Wajah Baru yang Menawan, Mencapai Destinasi Halal Terbaik Dunia
Kini, Baiturrahman hadir dengan wajah baru, serupa oase di tengah hiruk-pikuk Banda Aceh. Sebanyak 12 payung elektrik berdiri mengelilinginya, menghadirkan bayangan teduh yang mengingatkan pada Masjid Nabawi di Madinah. Pada 2016, Aceh berhasil mendapatkan penghargaan World's Best Halal Cultural Destination dalam ajang World's Halal Tourism Award di Abu Dhabi. Pemerintah berbenah, memperindah fasilitas, sehingga para pengunjung dapat merasakan ketenangan dan keindahan dalam setiap langkah mereka di Masjid Baiturrahman.
Penginapan Dekat Masjid Raya Baiturrahman
Untuk melengkapi perjalanan wisata Anda, berikut beberapa hotel terdekat dari Masjid Raya Baiturrahman:
- Grand Arabia Hotel: Terletak hanya 10 menit berjalan kaki dari masjid, dengan fasilitas lengkap yang memberikan kenyamanan selama berwisata.
- Grand Mahoni Hotel: Hotel ramah keluarga ini hanya berjarak 778 meter, dengan kebijakan khusus bagi tamu pasangan yang sudah menikah.
- Plum Hotel Lading: Menawarkan suasana tenang, hanya 970 meter dari masjid, dengan restoran dan area lobi unik untuk bersantai.
- Hotel Medan Banda Aceh: Penginapan ramah kantong ini menawarkan lokasi strategis, dekat dengan pusat perbelanjaan dan Masjid Raya Baiturrahman.
- Kyriad Hotel Muraya Aceh: Dengan fasilitas pertemuan lengkap, hotel ini cocok bagi yang ingin mengadakan kegiatan bisnis atau keluarga.
- Hotel 61 Banda Aceh: Ideal untuk wisatawan yang menginginkan lokasi strategis dan kenyamanan yang terjangkau.
- GM Inn Hotel: Hotel ekonomis ini terletak strategis dan memberikan layanan ramah bagi setiap tamunya.
Tips Berkunjung ke Masjid Raya Baiturrahman
- Kenakan busana muslim untuk menghormati tempat ibadah ini. Pengunjung yang membutuhkan busana tersedia di konter masjid.
- Simpan sandal atau sepatu di tempat yang disediakan.
- Jangan membawa makanan ke dalam masjid atau halaman masjid, dan selalu jaga kebersihan lingkungan sekitar.
Berkunjung ke Aceh tak lengkap tanpa menyaksikan megahnya Masjid Raya Baiturrahman, tempat yang menyimpan sejarah dan keteguhan, di mana masa lalu dan masa kini bertaut dalam harmoni yang indah. Jangan ragu untuk berbagi cerita ini, karena Masjid Raya Baiturrahman bukan sekadar bangunan, melainkan lambang kebanggaan dan ikon rakyat Aceh. [*]