Lihat ke Halaman Asli

Taufik Ikhsan

Ras Manusia

Inilah Mengapa Pak SBY Suka Menulis Lagu

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1391550987451435396

[caption id="attachment_320460" align="aligncenter" width="610" caption="doc. pribadi"][/caption] Seni adalah takaran kehalusan jiwa. Setidaknya itu yang membuktikan bahwa Pak SBY merupakan pribadi yang mencintai keindahan, kelembutan, dan kasih sayang. Berangkat dan dibesarkan dari dunia militer tidak membuat beliau harus terlihat keras dan kaku sepanjang waktu. Sewaktu jalan-jalan di perpustakaan kampus, sebuah buku menarik perhatian saya. Judulnya 'Harus Bisa!' Seni Memimpin ala SBY ditulis oleh Dr. Dino Patti Djalal. Yang lebih menarik lagi adalah peringatan di sampul buku tersebut "TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN". [caption id="attachment_320462" align="aligncenter" width="564" caption="doc. pribadi"]

13915513211599488421

[/caption] Cover bukunya mengingatkan kita kembali bahwa presiden kita memang seorang yang gagah, berwibawa, tampan, dan kebapakan. Terlepas dari segala problema politik yang melanda negeri, buku ini mengajak kita untuk melihat Pak SBY sebagai sosok manusia biasa yang punya hati dan perasaan dalam menanggapi apa yang terjadi di negeri kita. Buku ini dibuka dengan sebuah cerita dimana Pak SBY dan Ibu Ani beserta staff kenegaraan sedang mengikuti perayaan Natal di Papua, sekaligus mengunjungi korban gempa di Nabire. Pada tanggal 26 Desember, ketika masih dalam peninjauan korban gempa di Nabire, Pak SBY dikejutkan dengan kabar gempa yang terjadi di Aceh. Rencananya beliau akan berangkat langsung ke Aceh beberapa hari setelah meninjau korban gempa di Nabire. Tapi dalam satu hari tersebut, 26 Des' 2004, kabar yang terus masuk ke beliau dan staff semakin memburuk. Mulai dari gempa, banjir, dan akhirnya tsunami di Aceh. Dalam kegalauan tersebut akhirnya beliau meutuskan untuk segera berangkat ke Aceh, walaupun para staff beranggapan bahwa belum saat yang tepat untuk segera meninjau lokasi. Tapi saat itu beliau bersikukuh untuk segera pergi. Dengan menaiki pesawat kecil, Pak SBY beserta rombongan harus transit tiga kali untuk sampai di Aceh. Selama transit tersebut, beliau termenung dan menangis mendengar korban yang meninggal terus bertambah. Mulai dari puluhan, menjadi ratusan, dan lalu ribuan. Presiden mana yang hatinya tidak terguncang mendengar berita seperti itu. Gempa dan tsunami di Aceh mengawali cerita dalam buku ini. Mengingat memang ketika 2004 Pak SBY baru dilantik menjadi Presiden RI dan langsung diberikan dua ujian bencana alam. Dan salah satunya terbilang sebagai bencana dahsyat, yang menelan korban hingga lebih dari 200.000 jiwa. Rentetan cerita dalam buku yang bisa dibilang sebagai catatan harian Dino Pati Djalal tersebut berlanjut dengan kisah-kisah keteladanan kepemimpinan Pak SBY sebagai manusia biasa. Lagi-lagi saya bilang sebagai manusia biasa karena sikap dan contoh yang ditunjukkan beliau memang wajar ditunjukkan manusia biasa. Di bagian akhir buku ini ada tulisan yang berjudul 'Be Yourself'. Dimana bagian buku ini diawali dengan karakteristik unik salah dua pemimpin negara, yaitu Mahatir Muhammad yang sukses memimpin Malaysia dengan gaya kepemimpinannya. Dan Junichiro Koizumi, PM Jepang, yang khas dengan membiarkan rambut gondrong putihnya tetap terjaga layaknya penyanyi rock n' roll. Pak SBY juga sama. Dalam suatu wawancara dengan Aljazeera siaran Inggris di akhir tahun 2007, Pak SBY ditanya: "kenapa anda membuat lagu dan bermain musik? sementaranegara anda begitu banyak masalah, kenapa bapak membuat lagu?" Pak SBY menjawab: "justru ltulah escape saya satu-satunya sebagai presiden. saya harus menjaga keseimbangan dalam jiiwa dan pikiran saya.". Hampir setiap presiden atau perdana menteri memang punya caranya sendiri-sendiri untuk 'escape' dari berbagai tekanan dan ketegangan. Ada yang mempertahankan hobinya memancing berjam-jam, menanam dan merawat bunga, mengendarai motor besar, menunggang kuda, bermain bulu tangkis, dan sebagainya. Dan Pak SBY memilih untuk berdendang dan berirama. :) Di bagian itu juga diceritakan. Kalau Pak SBY sedang kusut pikirannya, beliau akan ambil gitar, kertas, dan pensil dan mulai memainkan gitar. Kebiasaan ini dimulai dari tahun 2006, dan terus berlangsung. Dino dan Andi AM sering ditugasi untuk mendengarkan dan memberi komentar mengenai mana nada yang kedengaran lebih pas. [caption id="attachment_320464" align="aligncenter" width="494" caption="doc. pribadi"]

1391553774464281223

[/caption] Gambar di atas, adalah ketika beliau sedang mencari inspirasi untuk menulis lagu. Tidak apa mempertahankan kebiasaan baik seperti ini, apalagi untuk seorang presiden yang memimpin daerah sebesar Indonesia. Pasti perlu sesuatu yang membuatnya melepas stress dan beban kerja, dan menjernihkan pikiran untuk kemudian berpikir kembali secara jernih dan segar. Terus berkarya Pak SBY, walaupun nnt tidak jadi presiden lagi. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline