Lihat ke Halaman Asli

Taufik

Penulis

Remaja dan bunuh diri

Diperbarui: 21 Desember 2024   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Sumber Gambar Halodoc

Disusun Oleh Oliviawati Moputi, Putri Safitri Mael, Reval Duawulu, Irvan usman

bunuh diri adalah fenomena yang sering terjadi di beberapa tahun kebelakang, terutama pada kalangan remaja. Pada tahun 2022-2024 kasus bunuh diri dikalangan remaja semakin meningkat menurut kompas ada tercatat angka bunuh diri meningkat menjadi 1.226 kasus. Januari hingga agustus 2024 tercatat 849 kasus bunuh diri, dengan jawa tengah menjadi wilayah dengan jumlah kasus tertinggi yaitu 281 kasus (kebasen kec). Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap tingginya angka bunuh diri di kalangan remaja meliputi tekanan akademis, masalah keluarga, perundungan (bullying), serta kesehatan mental yang kurang terjaga.

Faktor Penyebab Bunuh Diri di Kalangan Remaja

Bunuh diri pada remaja adalah fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling terkait. Berikut ini adalah beberapa faktor utama yang menjadi penyebabnya:

a. Gangguan Kesehatan Mental

Gangguan kesehatan mental, seperti depresi, gangguan kecemasan, dan gangguan bipolar, adalah faktor yang paling sering dikaitkan dengan bunuh diri pada remaja. Depresi dapat membuat individu merasa tidak memiliki harapan dan tidak mampu mengatasi tantangan hidup. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mulyani (2021) menunjukkan bahwa sekitar 60% kasus bunuh diri di kalangan remaja berhubungan langsung dengan depresi berat. Sayangnya, di Indonesia, stigma terhadap gangguan mental masih kuat sehingga banyak remaja enggan mencari bantuan profesional.

b. Tekanan Sosial dan Media Sosial

Media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan remaja, tetapi juga menjadi salah satu sumber tekanan psikologis. Fenomena perbandingan sosial, cyberbullying, dan tekanan untuk menciptakan citra diri yang sempurna sering kali memengaruhi kesehatan mental remaja. Studi oleh Setiawan & Putri (2022) menunjukkan bahwa remaja yang sering menghadapi cyberbullying memiliki risiko dua kali lebih besar untuk mengalami depresi yang dapat berujung pada bunuh diri.

c. Konflik Keluarga

Lingkungan keluarga yang tidak stabil, seperti konflik antar orang tua, kekerasan domestik, atau kurangnya perhatian emosional, juga berperan signifikan dalam meningkatkan risiko bunuh diri pada remaja. Banyak remaja merasa tidak memiliki tempat yang aman untuk berbicara tentang masalah mereka. Ketidakharmonisan keluarga ini juga memperburuk kondisi kesehatan mental remaja yang sudah rentan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline