Lihat ke Halaman Asli

Integrasi Rasa adalah Musibahku

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Akulah Taufik Rahman, seorang Peneliti Individu di kota kecamatan Satui, Kab. Tanah Bumbu, Kalsel.

Semenjak akhir bulan Agustus 2014 yang lalu, aku mengalami sebuah keadaan yang kurang menyenangkan (dan akhirnya menjadi sangat menjadi tidak menyenangkan). Keadaan tersebut berupa Integrasi Rasa (yang semula kukenali sebagai Transmisi, dan sekarang berubah dengan penyebutan Interogasi Rasa menurut kata yang tersampai ke pendengaranku melalui terjadinya keadaan Integrasi Rasa yang sedang berlangsung tersebut juga) dengan efek traumatis berupa sebagai berikut :

- Adanya Pendengaran di dalam kepalaku yang berupa obrolan tentang suatu keadaan ampai berupa ejekan.

- Adanya penambahan visual di bagian bawah horisontal area pandangan mata di fokus pandangan semu dengan blur setingkat 20% berupa orang-orang yang kukenal (termasuk artis yang kukenali melalui layar kaca pun) dengan keadaan dan serta lokasi yang terlihat agak lebih blur.

- Adanya penambahan rasa emosional yang bahkan mampu membuat bibir berkatup-katup  dalam mengikuti gerak pembicaraan dalam emosional kuat tapi tetap aman tak bergerak saat di penglihatan orang lain (yang tentulah jadi sama dengan dianggap jadi ataupun hanya orang gila)

- Adanya penambahan rasa sakit drastis seperti kepala rasa ditebas, jantung rasa ditusuk paku, leher sedang disembelih, dan tebasan-tebasan pada anggota tubuh

- Adanya penambahan suhu seperti sedang mengidap penyakit maupun tubuh dipanggang

- Adanya penghardikan yang langsung disertai ancaman pembunuhan dari seseorang muncul seakan-akan ada di dalam diriku, maupun dari seorang/beberapa orang dalam lingkungan sekitar yang ada di penambahan visual yang kualami

- Adanya penambahan penciuman aneka bau yang bervariasi

Keadaan terintegrasi rasa tersebut secara terus-menerus kualami nonstop 24 jam (kecuali tertidur), yang tentu saja sangat menambah kesulitan keseharianku karena keadaanku sebenarnya adalah hanya bisa beraktivitas dengan terbatas dikarenakan kelumpuhan pada betis kiriku.

Setelah beberapa bulan, aku mulai menerima kejelasan bahwa yang kualami merupakan adalah sebuah aktivitas penjadian diriku sebagai antichrist, dari Tuntutan penyiksaan diriku oleh seorang yang mengakui Mahdi yang entah siapa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline