Lihat ke Halaman Asli

Taufan

Pendidik

Pae ku, Aku Rindu

Diperbarui: 14 Januari 2024   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

*Pae ku, Aku Rindu*

rinai hujan membasah tanah
menembus bumi sore bertahata
langit memperlihatkan dukanya
seraya menetes kerinduan tak bertuan

berjatuhan air langit berisik memukul
atap terkesan berteriak ramai riuh
meruda memaksa keadaan yang ingin sekali merengkuh rindu
memekik keras terdengar oleh hati yang resah

dia yang dirindu, tak bisa kupeluk untuk hempas rindu
dia dalam pangkuan Sang Maha Pemilik
dia kembali kepada muasalnya yang abadi,
menyelesaikan petualangan amalnya selama raga bernyawa

berat rindu ini tak terbalas, sebatas pusara
tempat dia terlelap tidur tak kembali terjaga
merebahkan sosoknya bersiap mengahadap Tuhannya
berselimut kain putih tak berjahit, berbantal gumpalan tanah

Pae ku, kini tinggal menyisakan rindu
pae ku, yang segala peluhnya tak terbayar
yang punggungnya memikul beban untuk arti bahagia
yang ketegarannya menutup sengsara dan dukanya
yang baginya, hidupnya adalah sekedar memperjuangkan tanggungannya

iya, rinai hujan menetes bertahta mesra
merangkul rindu yang menyakitkan karna sebatas
tersekat antara fana dan nyata
hanya derai air mata bertengger di pipi
tersungkur dahi, membisik bumi untukmu wahai Ilahi
Pae ku, aku rindu

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline