Lihat ke Halaman Asli

Napi yang Ditukar

Diperbarui: 8 April 2020   04:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Masih ingat dengan kasus Setya Novanto? Bukan mengenai mobilnya menabrak tiang listrik. Melainkan statusnya sebagai narapidana yang kedapatan sedang makan di restoran padang di Jakarta. Atau kasus lain yang cukup menghebohkan, yaitu Gayus Tambunan yang tertangkap kamera warganet sedang menonton Tenis di Bali? Saking hebohnya, sampai ada yang membuatkan lagu khusus untuknya. Begini dua bait penggalan liriknya.

Sebelas maret
Diriku masuk penjara
walku menjalani
Proses masa tahanan
......
Andai ku Gayus Tambunan
Yang bisa pergi ke Bali
Semua keinginannya
Pasti bisa terpenuhi
........

Bagaimana, sudah ingat dengan lirik lagu itu? Jangan-jangan anda pun membacanya sambil bersenandung.

Salah dua kasus di atas bukan merupakan hal yang baru sebetulnya. Jauh sebelum Setya Novanto ataupun Gayus Tambunan, ada Sardono Projokusumo alias Don alias Projo yang sudah terlebih dulu melakukan hal itu. Bedanya, jika Setya Novanto dan Gayus Tambunan keluar penjara dengan meninggalkan kamarnya yang kosong. Projo keluar penjara dengan tetap meninggalkan sosok yang tetap menjadi Projo di sana. Jadi, kamarnya tetap terisi, tidak kosong dan tetap terisi oleh Projo itu sendiri. Loh, kok bisa seperti itu? Projo keluar penjara tapi Projo juga yang ada dipenjara. Jadi, begini awal mulanya.

Pak Sanen, si empunya bengkel besi itu akan menutup bengkelnya. Persaingan yang semakin ketat, juga lokasi bengkelnya di pusat kota yang dihimpit gedung-gedung tinggi sudah tidak memungkinkan untuk bersaing di industri ini. Pesanan kian hari kian sedikit, bahkan pernah tak ada sama sekali. Brojo seorang pemuda asal Tegal yang merantau ke Jakarta menjadi salah satu karyawan di sana.

Brojo hidup nyaman di Jakarta. Bersama Istrinya Wisuni yang ia bawa dari kampung, tinggal di sepetak kamar kontrakan. Setiap pagi hari pergi bekerja, siangnya makan di warteg di pojokan jalan. Pulang sore bahkan malam kalau pesanan ramai. Tiap bulan mendapatkan uang hasil kerjanya. Hidup seperti dalam bayangannya sejak pertama kali datang ke kota ini.

Namun, ia tak pernah membayangkan bahwa akan berhenti bekerja. Sekali pun tak pernah ia memikirkan akan kehilangan pekerjaannya. Hari itu, ia menerima gaji untuk terakhir kalinya dari Pak Sanen.

Ia pun gelisah, bingung, apa yang harus ia lakukan. Berbicara ke istrinya tak bisa, ke orang tua yang sedang berkunjung pun tak punya keberanian. Akhirnya, ia memutuskan untuk menyuruh istrinya pulang bersama kedua orang tuanya ke kampung.

Setelah istri dan orang tuanya pulang ke kampung. Brojo masih belum tahu mau apa selanjutnya. Ia hanya berjalan-jalan, sampai akhirnya kembali melihat bekas bengkelnya, yang sekarang sudah rata dengan tanah. Juga ke warteg langganannya, yang juga sedang dibereskan serupa bengkel.

Di situlah ia bertemu dengan orang bernama Pak Zul, memakai setelan jas, rapih dengan rambut yang mulai memutih, kontras sekali dengan penampilan Brojo. Sejak pertemuan itu, hidup Brojo mulai berubah. Karena Pak Zul datang mencari Brojo dengan menawarkan sebuah pekerjaan yang cukup menjanjikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline