Lihat ke Halaman Asli

Taufan Satyadharma

Pencari makna

Perjuangan dalam Melakukan "Upgrade" terhadap Niat

Diperbarui: 14 Januari 2022   17:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana Rutinan Bulanan di Omah Maneges, Muntilan (Dokpri)

Hujan gerimis menemani malam rutinan MQ ke-127 di Omah Maneges, Muntilan. Kondisi cuaca yang kurang bersahabat beberapa waktu sebelumnya, nampak bukan menjadi suatu alasan untuk enggan duduk bersama. Sebab dalam rutinan atau sinau bareng seperti ini, merupakan salah satu bagian aktivitas yang menjadi salah satu wujud akselerasi dari "terus nandur" dalam konteks keilmuan yang selalu diupayakan oleh jamaah maiyah dulu-dulur Magelang khususnya.

Ada salah satu jamaah dari Dusun Dukun yang datang awal sebelum acara dimulai bernama Bapak Aan. Beliau seorang bapak berusia 47-an tahun yang datang dengan harapan bahwa akan mendapati pengajian bersama Mbah Nun. Salah seorang dulur menjelaskan bahwa benar jika disini akan diselenggarakan acara maiyah, tapi tidak ada Mbah Nun.

Rasa kecewa mungkin sedikit nampak dari gesture tubuh beliau. Akan tetapi, sambutan hangat dari dulur-dulur yang sudah datang nampaknya membuat Pak Aan untuk bersedia meluangkan waktu untuk duduk bersama. Sekaligus bisa berbagi cerita tentang pengalaman awalnya bersinggungan dengan Maiyah. Beliau nampak bersemangat kembali, sebab pertemuan dengan maiyah itu sendiri dianggap sebagai suatu keberkahan sendiri bagi beliau.

Tak selang berapa lama, acara dimulai dengan tadarrus surat Al-Fatir yang dibawakan oleh Mas Virdhian dan Mas Guntur. Lalu, dilanjutkan dengan pembacaan pilihan wirid dan sholawat Munajat Maiyah untuk menggugurkan kewajiban sekaligus menjadi upaya awal menyamakan frekuensi bermaiyah. Tentu saja, suasana-suasana kebersamaan ketika bermuanjat seolah menjadi salah satu alasan atau niatan dulur-dulur untuk selalu meluangkan waktunya duduk bersama menghabiskan malam.

"Upgrade Niat" menjadi tema rutinan pada malam ini. Dengan berbekal sinau bareng di Kadipiro bulan sebelumnya, tema ini dipilih sebagai pijakan langkah yang harus dikuatkan sedari awal. Mas Topan memberikan prolog tema pada awal acara dengan mengatakan bahwa menurut kaidah keilmuan, suatu tujuan akan tercapai bergantung kepada niat. Sedangkan dalam suasana rutinan itu sendiri, niat itu bisa dicari dengan menanyakan kepada masing-masing dari diri kita sendiri tentang alasan mengapa kita berkumpul bersama pada malam ini?

"Mengapa kita disini? Mengapa kita tidak memilih malam mingguan? Atau bersantai dirumah dengan ancaman hujan?" pertanyaan-pertanyaan yang coba dipantik. Sebab, yang akan kita lakukan di rutinan ini menurut Mas Topan adalah sinau bareng. Tidak ada proses belajar itu membuat diri nyaman. Dibutuhkan ongkos perjuangan dan mungkin pula penderitaan. "Tapi, apa kita sinau hanya mencari kebenaran? Sedang yang ditemukan dalam pertemuan maiyah intinya adalah keindahan." pungkasnya.

Pak Dadik merespon tema upgrade niat dengan memberikan pandangan bahwa niat merupakan langkah awal yang tidak diucapkan secara lisan, melainkan hanya diteguhkan di hati. Upgrade disini menurut beliau lebih ke suatu kesadaran dari kita untuk menyapa niat yang kita miliki dan menjadikannya sebagai formulasi untuk mewujudkan segala sesuatunya yang telah dijadikan niat. Maka dari itu, menurut Pak Dadik, apabila yang menjadi niat merupakan sesuatu hal yang baik, maka hasilnya pun diri kita akan mendapat balasan kebaikan jua.

Kebetulan, pada acara , malam itu hadir Bapak Sudarmono yang merupakan teman Mbah Nun saat SMA. Beliau banyak menceritakan kisah dan pengalaman beliau saat masih bersama dengan Mbah Nun. Begitu pula, Pak Aan yang juga diberikan kesempatan untuk menceritakan keajaiban pengalamannya, dan di antara kedua tamu tersebut, tentu terkandung khasanah keilmuan yang bisa dipetik oleh dulur-dulur yang hadir pada malam itu.

***

Mas Munir yang pada malam itu mengisi sela-sela waktu dengan lagu-lagunya, mampu memberikan hiburan kepada dulur-dulur yang malam itu duduk melingkar. Kegembiraan terpancar ketika Mas Munir yang notabene dirinya adalah seorang seniman mampu menggubah suasana serius menjadi keceriaan. Mas Dhian sebagai moderator kemudian meminta dari dulur-dulur putri yang hadir untuk memberikan respon.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline