Lihat ke Halaman Asli

Taufan Satyadharma

Pencari makna

Mempersiapkan Seorang Pendekar, Bukan Badut

Diperbarui: 1 Desember 2021   16:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Pascal Bernardon on Unsplash   

"Eh, katanya belajar itu menderita lho. Kita mesti berjuang untuk mencoba sesuatu berulang kali sampai berhasil, atau harus menghafal banyak kata-kata hingga benar-benar terpatri dalam ingatan yang rapuh ini." kata Bewol.

"Makanya, suasana belajar itu semestinya dibuat menyenangkan."

"Lhoh, kamu ini gimana to, Gus? Kamu ingin bercanda apa ingin belajar? Tujuanmu itu hanya sekedar bermain atau ingin mengetahui sesuatu dan belajar?"

"Kan, bisa to Wol, bercanda sambil belajar. Atau belajar sambil bercanda."

"Wah, kamu ini udah tua gini kok ya cara belajarnya masih sama dengan anak-anak."

"Maksudmu gimana to? Memangnya kamu tau cara Tuhan mendistribusikan ilmu? Atau jangan-jangan kamu sudah jadi sales-Nya Tuhan di bidang ilmu dan pengetahuan."

"Ya gak gitu juga, jangankan jadi sales, jadi hamba-Nya saja masih jauh dari kata'pantas'. Lagian kamu juga Gus, ngasih perumpamaan kok ya sales. Kalau sales itu kan pasti mencari laba materiil, sedangkan Tuhan ngasihnya cuma-cuma kalau hanya sekedar ilmu dan pengetahuan."

"Justru kamu yang mungkin masih terlalu idealis dan subjektif, terserah-serah Tuhan dong mau membagikan sedikit ilmu-Nya seperti apa."

"Lhoh, Gus! Subjektf dan idealis itu mesti dimiliki seseorang, karena dengan itu kita mengetahui sesuatu yang namanya prinsip. Dengan memegang sebuah prinsip, maka sesorang mampu melakukan sesuatu yang dilakukannya secara continue atau berkelanjutan."

"Wah sudah pakai Bahasa Inggris sekarang, sudah seperti intelek beneran kamu, Wol!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline