Lihat ke Halaman Asli

Taufan Satyadharma

Pencari makna

Taman yang Menyejukkan

Diperbarui: 11 Mei 2021   21:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana Selasan (Dokpri)

Edisi Selasan ke-74  yang diselenggarakan di tempat Mas Harjo, Dusun Sadegan, Tempuran, terasa sangat spesial. Selain kedatangan tamu-tamu dari luar kota, acara wirid dan sholawat "Munajat Maiyah" bersama malam ini juga dalam rangka mangayubagyo atas pernikahan sepasang sejoli Selasan, yakni Mas Ahmad Setyono dan Mba Addin Khoirunnisa. Menariknya, pertemuan pasangan ini mulanya juga terjadi dalam kegiatan Selasan.

Sebelum perjalanan wirid dan sholawat dimulai, Mas Ase dan Mba Addin pun diminta untuk duduk bersebelahan di depan dulur-dulur yang hadir. Ya, dibuat seperti acara resepsi pernikahan pada umumnya. 

Hanya saja, jika resepsi pada umumnya bersifat pesta, sedangkan malam ini kebalikannya. Para dulur yang hadir menyuguhkan wirid, sholawat, dan juga doa kebaikan buat pengantin baru tersebut.

Keadaan seperti ini seakan mengajarkan secara tidak langusng mengenai logika nubuwah. Kalau Aisyah ra. pernah mengisahkan tentang seluruh tubuh kambing yang telah habis dibagikan hingga tersisa sesunggunhnya adalah apa yang kita makan, dibandingkan kepala yang menjadi bagian yang tersisa. 

Begitu pun dengan suasana kali ini, Apabila berbicara sesuatu hal yang baik kepada yang lain, maka kebaikan akan kembali kepadamu. Kebaikan ataupun pujian dari yang lain yang engkau katakan, pada hakikatnya adalah untuk diri kita sendiri.

Melalui arena perjuangan bersama dengan wirid dan sholawat yang selalu disajikan kepada Allah Swt dan Rasulullah Saw, meskipun dilakukan secara berulang kali, bisa jadi merupakan sebuah wujud cinta dan kebaikan yang akhirnya memantul menuju diri sendiri. 

Meskipun hasilnya tidak bisa digeneralisir secara umum, namun bisa diyakini bahwa masing-masing dari dulur Selasan mampu menghikmahi segala sesuatu yang didapat dari kegiatan wirid dan sholawat bersama ini.

Salah satu buah kenikmatan ini seperti lantunan yang sering dilafadzkan pada syair "Inna Fil Jannati". Gambaran tentang apa yang ada di dalam surga yang dibawahnya mengalir sungai dari air susu. Dan juga bait, "Ya Rosulan qod habana hubbuhu fadl-lan wa man, Jud 'alaina bittadani nartaji minkal minan. (Dan Rasulullah, sungguh beruntung kami dianugerahi cinta padanya sebagai wujud kemurahan dan kasih sayang Allah pada kami, anugerahkan pada kami kedekatan denganmu dan kami mengharap darimu kenikmatan-kenikmatan)".

Memberikan doa kebaikan kepada sesama sedulur yang dibiasakan seolah menjadikan Selasan  menjadi seperti "surga" yang dilimpahkan dalam kehidupan sementara ini. Ketika melakukan kebaikan untuk orang lain, kita akan menjadi saudaranya. Dan apapun pemikiran tentang diri kita, yang lain juga akan memikirkan kita berlandaskan pemahaman sesama saudara. Karena pikiran baik dari seorang karib, akan menjadikan suasana terasa mendamaikan sebagaimana bunga di taman nan sejuk.  

Hal ini dipertegas dengan kisah yang dialami oleh Mas Sunarko atau Koko diakhir acara. Mas Koko menceritakan pengalamannya yang di minggu sebelumnya bersaksi menjadi seorang muallaf baru, tentu juga dibersamai dan disaksikan oleh keluarga, masyarakat sekitar, dan dulur-dulur Maneges Qudroh khususnya. 

Selama ini, Mas Koko mengisahkan bahwa paseduluran yang terjalin selama ini semenjak tahun 2017-an, dirinya mengakui bahwa tidak ada satupun dari lingkaran ini untuk mengajak masuk Islam, melainkan murni wujud paseduluran. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline