Lihat ke Halaman Asli

Taufan Satyadharma

Pencari makna

Puisi | Sangka

Diperbarui: 8 Januari 2021   16:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

in frame: Arif Sulaiman

Tabir berdendang menyuarakan rerintihan
Di antara takdir yang mengekang, memenjarakan keinginan
Taksir berlalu-lalang selalu menawarkan kehangatan
Namun tafsir datang, melantangkan kebimbangan

Mereka dengan mudah berteriak tidak manfaat, seolah-olah dirinya bisa memberi syafaat
Mereka dengan lugas mengatakan cinta, namun yang dilakukan tak lebih dari sekedar kata-kata
Kalau bahasa kurang bisa menerjemahkan aksara, mengapa tidak berhati-hati memilih laksa?
Kalau hati tak kuasa menampung segala rasa, mengapa tak bisa lebih waspada terhadap sangka?

Mereka sesuka hati mempermainkan titah perintah
Bersendau gurau dengan iradah, apalagi hanya untuk memperkuat eksitensi ibadah
Bahkan masa bodoh dengan apa yang telah menjadi qudroh kuasa-Nya
"Berdaulatlah dengan diri!" teriak Sang Raja, daripada mbuntut kepada yang merasa 'alim tapi tidak bijaksana

Sangka... Sangka... Sangka...
Menenggelamkan setiap insan dalam kekalutan
Hingga tak sadar telah kehilangan "aku"
aku yang di"kita-kita"kan, di kelompok-kolompokkan, di lembaga-lembaga-kan

Pernahkah kita bertanya pada diri, "siapa aku?"
aku yang seringkali juga di"aku-aku"kan sendiri,
Kau kira, aku ini aku?
Kau kira, kamu itu kamu?

Saat aku belum tentu mengenal "aku",
Terkadang diri merasa asing sendiri, padahal dirinya-lah yang mengasingkan diri
Atau kadang merasa terdampar dalam kesunyian, sedang sunyi itu, diri sendiri-lah yang menciptakan
Pantas saja Tuhan melantangkan, "Sungguh manusia itu dholim dan bodoh"

Berharap nyata, saat diperjalankan dalam fana.
Begitupun ketika menyadari fana, justru yang dirasakan sangat begitu nyata.
Yang disebut nyata, sering tak lebih dari kumpulan prasangka.
Yang suka disangka-sangka tak ayal malah berujung "sekolahnya akta"

Oh, Sangka dari Yang Maha Sangka...

Saling sangka bertebaran menyibakkan mata
Saling sangka memekik tak henti menggetarkan gendang telinga
Saling sangka berkeliaran menyelimuti pelataran akal
mengjihjabi penglihatan, pekat dan semakin gelap

Wahai Yang Maha Benar dari segala sangka
Sediakah Kau berikan petunjuk?
Atau menerangi dengan sepercik cahaya-Mu?
Sekalipun berlapis-lapis, enggankah Kau teguhkan hamba?

***

Magelang, 8 Januari 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline