Lihat ke Halaman Asli

Taufan Satyadharma

Pencari makna

"Ahlussunah wal-Mubah"

Diperbarui: 7 November 2019   16:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay

Seperti biasa, jika Gus Welly dan Rohmat bertemu, Selalu saja ada hal-hal yang dikomentari, entah itu karena memang karena cara pandang mereka yang tak lazim dipakai orang zaman now, atau karena naluri alamiahnya yang kebetulan suka nyacat.

Nyacat atau berkomentar pada dasarnya adalah sarana untuk membangun sebuah nilai. Namun semakin kesini, ruang itu hanya sebagai ajang untuk saling adu kebenaran. 

Alhasil, budaya nyacat akan cenderung lebih ke menjatuhkan lawan daripada membangun. Terlebih jika komentar-komentar tersebut hanya diutarakan lewat kata-kata, karena tanpa saling temu mengakibatkan kesalahan perspektif bahkan tidak adanya intonasi suara kalimat akan sangat mempengaruhi makna yang ditangkap.

Apalagi kebiasaan nyacat ketika seseorang sedang berbicara, kalau ini mungkin pengomentar kurang memahami adab dalam mendengarkan. Dan yang lebih parah, menyepelekan nilai. Malam itu, Rohmat terlihat kurang nyaman dengan keadaan orang-orang yang suka ribut sendiri ketika sedang berada di ruang belajar.

"Mat, kenapa tadi kamu nampak tidak nyaman?" tanya Gus Welly setelah pulang pengajian.

"Aku suka bingung mengapa orang-orang seperti itu suka datang ke sebuah ruang pembelajaran, jika pada akhirnya mereka hanya sibuk sendiri dengan guyonan-guyonan mereka." Gusar Rohmat.

"Namanya juga kamu belajar satu ruangan dengan banyak orang, semakin banyak yang terlibat, suasana pembelajaran akan sangat sulit ditebak." Kata Gus Welly.

"Permasalahannya kembali pada dirimu, kamu memerdekakan dirimu untuk siap belajar, atau sebenarnya kamu sedang tidak belajar dan hanya mencari kenyamanan, karena mempermasalahkan hal-hal seperti itu." Bewol yang kebetulan juga berada disitu pun ikut menambahi.

"Kita kan sering mendapatkan ilmu dari Mbah (panggilan mereka terhadap Gurunya), wa tawashou bil-haqqi, wa tawashou bishshobri. Saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran." Gus Welly mencoba mengingatkan.

Sebuah komentar atau nasihat merupakan salah satu bagian dari tanggapan. Hanya saja komentar lebih tidak adanya sikap gentle karena kebanyakan tanggapannya dilakukan dibelakang, kalau nasihat biasanya lebih ke keadaan apabila diminta untuk menanggapi. Mungkin hal-hal seperti ini sering dianggap sepele bagi mereka yang telah banyak memanggul ilmu.

Rohmat pun penasaran bagaimana menghadapi situasi-situasi seperti itu, karena di suatu waktu, "kita tidak boleh cuek dengan samping kanan-kiri ketika mereka mengajak bicara, itu gimana?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline