Lihat ke Halaman Asli

Taufan Satyadharma

Pencari makna

Nglangit di Lereng Sumbing sebagai Prosesi Pelantikan Diri

Diperbarui: 20 Oktober 2019   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Debu-debu seolah menari-nari di atas hembusan angin yang sedang mabuk. Ya, mabuk karena kecepatan anginnya tidak normal seperti biasanya. 

Siulan-siulan alami yang dihasilkan oleh bambu-bambu yang mulai rapuh terdengar merdu, berpadu dengan berisik angin yang sakau. Dihiasi dengan lautan awan yang nampak menyelimuti kota Magelang. 

Begitupun cahaya semburat Sang Fajar dari timur seolah menawan mata pandang kami yang langsung tak ingin ketinggalan momentum semesta memamerkan keelokannya.

Angin itu mulai menunjukkan tajinya tatkala kaki mulai menapak di Gardu Pandang Mangli 2, yang berada tepat berada kurang lebih sekitar 500 meter di bawah Pos Pendakian 1 jalur pendakian Gunung Sumbing via Butuh. 

Rencana awal memang ingin menikmati pemandangan di pos pertama tersebut serta ingin merebahkan diri sejenak setelah mata cukup tertawan dari gelut lelap yang berlalu sekejap. 

Jadi, tidak perlu persiapan seribet mendaki gunung kecuali kompor portable dan gas beserta sepaket perangkat untuk menyeduh kopi. Dan yang paling penting dari persiapan tentu saja adalah niat. 

Tanpa adanya niat menembus dingin dengan mata sayu karena mesti berangkat ketika langit masih gelap, semua pasti hanya sekedar menjadi wacana.

Sekadar informasi saja, banyak spot yang bisa dinikmati di Kabupaten Magelang dengan view atau sudut pandang yang memiliki ciri khasnya masing-masing, terutama yang berada di sekitar lereng Sumbing. 

Keistimewaan yang tersaji adalah gunung-gunung yang berbaris rapi dari Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Andong dan Gunung Telomoyo di sisi timur, ketika kita menengok ke sisi utara, di sana nampak Gunung Ungaran, dan di selatan terhampar Bukit Menoreh yang memanjang. 

Oleh sebab itu pula topograi kota Magelang nampak seperti mangkok yang dilindungi oleh dataran tinggi di semua sisinya.

Setelah menikmati fenomena sunrise yang memanjakan mata, kami segera beranjak menuju pos pendakian pertama. Sepanjang perjalanan, kami disapa oleh beberapa penduduk lokal yang siap untuk bertani atau mencari rumput. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline