Lihat ke Halaman Asli

Taufan Satyadharma

Pencari makna

Kamu Mesti Merdeka atas Segala Pertentangan yang Mencemaskan

Diperbarui: 27 Juli 2019   15:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Ketika malam Jum'at tiba, sudah menjadi kebiasaan bagi Bewol untuk berkeliling ntah tanpa tujuan. Mencari sebuah pertemuan untuk meniti sebuah barokah. Tidak mesti ziarah ke tempat peristirihatan para ulama. Apalagi ketika ziarah ke orang tuanya pun dalam rentang waktu tertentu belum dilakukan. Sedang barokah itu sendiri sangatluah luas.

Bewol sendiri sering bertanya-tanya dalam benaknya karena ada niat yang janggal dalam ziarah tersebut. Ada yang berziarah agar do'anya lebih mudah diijabahi. Lalu ada juga yang mencari barokah ulama itu baik berupa keselamatan, ilmu ataupun cipratan cahayanya. Tapi masih mending mereka yang menyempatkan diri berziarah daripada hanya membuat argumen 'mendoakan tidak mesti mendatangi kuburannya kan?'. Jarang yang benar-benar tulus mendoakan tanpa menginginkan imbalan apapun. Meskipun ada beberapa atau mungkin banyak yang melafalkan do'a-do'a ketika tanpa mengerti maknanya. Tapi gesturenya benar-benar menunjukkan keikhlasannya dalam berdoa.

"Lalu, kalau yang seperti itu janggal. Menurutmu mesti bagaimana, Wol?" tanya Rohmat.

"Sekarang aku tanya, apa tujuanmu mencari barokah? Demi yang didoakan atau hanya dalih untuk menyembunyikan keinginanmu mendapatkan nikmat?" jawab Bewol.

"Ya, mereka kan mendatangi untuk berdoa pada intinya. Mau itu untuk yang didoakan ataupun untuk kebaikan dirinya. Biarkan itu menjadi urusannya masing-masing, tho!"

"Betul, tapi setidaknya kan memiliki pegangan nilai dan adab terhadap orang yang kamu datangi. Sanggupkah kamu mendatanginya dengan tulus dan membuang segala kepentinganmu? Agar rasa cintamu membuatnya mulai memandang wajah melasmu. Dan sangat tidak mungkin ketika rasa pengabdian atas cinta itu terasa, dia tidak memberikan balasan apapun terhadapmu."

Tak selang berapa lama, manusia yang setia dengan urusan ziarah datang menyusul kami yang sedang duduk di tengah keramaian. Semakin komplitlah subjek untuk memulai dunia perghibahan. Uniknya, ghibah disini bukan ngomongin orang. Ketika mereka bertiga sudah berkumpul, keramaian pun itu pun akhirnya hanya menjadi bagian dari lingkarannya. Yang sesekali mesti ditepuk-tangani atau di 'amin'i. Semakin larut, topik pembahasannya pun mengarah semakin ke personal.

"Aku tu khawatir sama kamu, Wol. Dengan wujud dan rupa yang dianugerahkan sedemikian rupa, tapi masih jomblo. Kalau itu Rohmat, mungkin aku gak terlalu khawatir. Aku takut jangan-jangan kamu mulai tertarik LGBT." Kata Gus Welly mulai mencoba menggairahkan suasana.

"Apik yaa, kebenaran pemikiranmu yang akhirnya terlontarkan itu. Tapi tenang saja, aku sedang menikmati cinta kepada seorang perempuan." Sahut Bewol.

"Menikmati cinta? Kepada siapa?" potong si Rohmat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline