Lihat ke Halaman Asli

Taufan Satyadharma

Pencari makna

Pengendalian Diri Melalui Jalan Kekosongan (Suwung)

Diperbarui: 8 Mei 2019   16:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Omah Maneges malam ini masih terlihat lengang, disaat seharusnya ada acara rutin bulanan yang diadakan oleh Maneges Qudroh. Sekitar pukul 19.00 masih belum nampak akan ada acara di Omah Maneges malam itu, padahal acara seharusnya sudah dimulai pukul 19.30 menurut undangan pada poster yang tertera di media-media sosial. Tikar belum seluruhnya terbuka, sound system malah belum sama sekali terpasang, pun background Maneges Qudroh yang sepertinya memang sengaja tidak akan dipasang.

Hujan sepertinya bukan menjadi sebuah kendala, karena langit malam ini nampak enggan menjadi alasan ketidakhadiran untuk sekedar bersitalurrahmi atau sinau bareng di Simpul Maiyah Magelang yang telah mencapai edisi ke-98. Atau mungkin karena tema "Srawung Suwung" pada malam hari ini yang terdengar kurang trendy di kalangan anak-anak zaman now.

Padahal, dalam khasanah jawa maupun ilmu sufisme, kata suwung sendiri memliki posisi, arti dan makna yang sangat penting. Hingga suwung itu sendiri terkadang bisa menjadi tolak ukur ahwal seseorang untuk mencapai maqom tertentu.

Suwung mengandung arti kekosongan yang bernuansa mengendalikan diri yang sempurna dan kesadaran sejati akan diri yang berhubungan denga ketuhanan.

Suwung merupakan sikap mental seseorang, yang mana dalam perjalanan hidupnya selalu bersikap ikhlas "lillahita'ala", hanya semata-mata mendedikasikan hidupnya untuk Tuhannya, tanpa mengharapkan imbalan apapun dari manusia.

Sepertinya acara sinau bareng malam itu ikut ketularan suwung dengan kekosongannya mendekati dimulainya acara. Walaupun lebih dikarenakan Mas Dhian sebagai tuan rumah sedang kedatangan tamu 'sakit', yang berimbas pada persiapan acara yang kurang maksimal.

dokpri

Sembari mempersiapkan tempat, para tamu sinau bareng sedikit demi sedikit mulai berdatangan. Terdengar sayu-sayu kata "ngapunten nggih, Mas!" terlontar dari penggiat kepada para tamu yang hadir sebagai ungkapan maaf karena tempat yang belum maksimal.

Namun, setidaknya kesuwungan entah acara atau sikap itu sedikit terbalas oleh balasan senyum ikhlas para tamu yang sedikit memberikan kelegaan.

Kesederhanaan dan apa adanya telah menjadi ciri acara bulanan disini, jadi tak butuh waktu lama dan dengan tenaga seadanya untuk mempersiapkan semuanya.

Tadarrus dari Mas Ipul menjadi tanda acara telah dimulai. Kemudian dilanjutkan dengan tahlil singkat dipimpin oleh Mas Dhian, dikhususkan kepada Kang Daryanto yang belum lama berpulang kembali memenuhi panggilan Gusti Allah.

Shalawat-shalawat maiyah pun tak ketinggalan dilantunkan sebagai landasan cinta kami kepada Maiyah yang telah mengumpulkan dan mempertemukan semuanya pada acara sinau bareng pada malam ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline