Lihat ke Halaman Asli

Tips Pakan: Feed Burger Vs Feed Waffer

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1289488088779185912

1289488125996363684

Nampaknya ide cemerlang Prof. Ali Agus dan tim dari Fakultas Peternakan UGM patut diacungi jempol. Bagaimana tidak, di tengah kondisi korban bencana Merapi yang sudah luar biasa bingung bagaimana mempertahankan harta benda mereka yang berupa ternak sapi di pengungsian, Prof. Ali Agus dan tim memberikan solusi praktis dan efektif berupa “feed burger” atau "burger pakan" untuk sapi, sehingga sapi-sapi para korban bencana Merapi bisa bertahan hidup selama kondisi krisis ini. Alhamdulillah…setidaknya ini bisa membantu meringankan beban mereka. Kalau saya melihatnya, ide ini adalah hasil perkawinan silang ide pembuatan complete feed, pengawetan pakan dan ide “sustainable farming on special condition”. Karena maksud utama dari ide ini adalah bagaimana caranya ternak para korban bencana bisa tetap hidup dan berlanjut (sustain). Agar ternak bisa tetap hidup, maka pakan mutlak disediakan, karena dalam kondisi bencana, rumput atau bahan pakan lain sangat sulit didapat, disebabkan kompleksnya permasalahan yang ada, maka muncullah ide bagaimana merekayasa pakan yang ada, dalam jumlah yang cukup, kandungan nutrisi cukup dan tersedia awet selama masa pengungsian. Jadilah pakan rekayasa bernama “burger pakan” untuk sapi. Selain konsep burger pakan, adalagi konsep dasar complete feed yang bisa digunakan untuk kondisi darurat atau khusus, saya pernah mempraktikkannya ketika dulu kuliah di IPB. Namanya "feed wafer"  atau wafer pakan. Tapi bukan wafer tango lo ya, hehe…yup, wafer pakan memiliki konsep yang sangat mirip dengan feed burger-nya prof Ali. Persamaannya adalah keduanya complete feed dan keduanya awet untuk jangka waktu lebih lama. Perbedaannya, wafer pakan membutuhkan alat/mesin khusus untuk membuatnya dan hasilnya cenderung kering, tipe pengawetan kering. Kalau feed burger-nya Prof Ali, berdasarkan artikel berita yang saya baca di Yahoo News, cenderung pengawetan basah yang memanfaatkan bakteri fermentor. Bahan untuk membuat wafer pakan juga hamper sama, tapi syaratnya teksturnya harus lebih halus agar ketika di mix dengan bahan lain, hasil adonannya bisa homogen. Bahan yang bisa digunakan antara lain jerami kering yang sudah digiling sekitar 60 %, dedak halus/ pollar sekitar 35%, tetes tebu sekitar 3-5% serta ditambah sekitar 1 kg mineral premix. Bahan yang ada kemudian dicampur merata, kemudian dimasukkan mesin cetak wafer. Mesin cetak wafer ini bisa anda buat sendiri, kalau ga bisa, bisa pesan ke bengkel-bengkel pembuat mesin pertanian. Prinsip mesinnya adalah harus ada tempat cetaknya dan harus ada mesin press nya, dan mesin press nya harus menghasilkan panas tinggi (mungkin sekitar 50-60 derajat Celcius). Nah bagaimana, anda pengen coba juga?..atau punya ide lain?..^^

baca artikel lainnya disini

Gambar burger diambil dari topnews Gambar wafer diambil dari pesatnews

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline