Lihat ke Halaman Asli

Musthofa Hasan

Murid semua guru

Problem Kuadrat dan Cita-cita yang Absurd

Diperbarui: 5 Juni 2020   00:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kompasianer yang budiman, saya mau kita sama-sama merenung dan berpikir untuk waktu yang tidak lama, 2 sampai 3 menit lah. Sebab, saya akhir-akhir ini mulai bosan dengan beberapa pemeberitaan yang menghiasi time line di internet dan medsos. 

Kalian juga pasti membaca atau paling tidak mengintip pemberitaan-pemberitaan yang ada diluar sana; Konspirasi Covid-19 yang "dihangatkan", kenaikan BPJS, pengesahaan OMNIBUS LAW, protokol pasien wafat yang menjadi skandal dibeberapa kota, tagar mahasiswa mencari KEMENDIKBUD, wacana New Normal, serta yang paling baru putusan pengadilan atas nama Presiden RI dan KEMENKOINFO yang dinyatakan bersalah pada kasus boikot jaringan internet di Papua, dll.

Permasalahan kian kompleks disaat-saat  pertarungan kita dengan virus Corona. Tidak hanya pemerintahnya, tak jarang masyarakat pun menjadi sumber masalah. 

Sudah 3 bulan, sejak awal corona masuk di Indonesia pada maret lalu, Sampai saat ini kita masih belum beranjak baik secara grafik dari angka positif, ekonomi, pendidikan, dan sektor lainnya. Yang ada hanya masalah yang makin bertumpuk.

Saya juga paham, tidak mudah memang untuk keluar dari cengkaraman pandemi seperti ini. Tapi, saya dan kita semua juga tidak mau kondisi seperti ini bertahan lama sementara ada hal-hal penting yang perlu dikerjakan kedepan. Hmmm.. "manusia memang selalu mondar-mandir dalam masalah" ujar sahabat saya.

Satu langkah "SKAK"

Saya teringat kala melihat permainan catur kemudian dalam situasi yang memaksa pemainnya berfikir cukup lama dalam mengambil langkah, satu langkah saja dipikirkan untuk mengamankan posisi bahkan berbalik menyerang. Saya sebenarnya berharap demikian dari kebijakan yang dilakukan pemerintah.

Namun yang terjadi tidak demikian (baca lagi paragraf awal). Pemerintah seakan tidak memperhatikan dengan cermat setiap langah yang diambil dalam situasi seperti ini. Kita tahu bersama bahwa dalam kondisi pandemi aktivitas masyarakat dihentikan beberapa waktu (walaupun masih banyak juga yang ngeyel). 

Tapi ini bukan soal kegagalan komunikasi atau sosialisasi yang tidak menyentuh ke masyarakat langsung, meski sebagian juga ada yang tidak terkonfirmasi dengan jelas perihal diberhentikannya aktivitas di masa pandemi atau soal protokol kesehatan yang harus dipatuhi. Ini soal bagaimana kemudian pemerintah tidak keliru dalam mengambil langkah.

Pada akhirnya beberapa kebijakan yang dilakukan menuai banyak protes dari berbagai elemen.  Sehingga hal demikian hanya memperkeruh suasana dalam negeri dan kerja-kerja yang seharusnya terfokus pada persoalan yang urgent, terpecah pada persoalan baru dengan respon yang bertubi-tubi dari masyarakat. Jika sudah seperti ini, apa yang harus dilakukan? Saya sudah bilang diatas!!!

Cita-cita tukang protes

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline