Kesejahteraan Pensiunan (termasuk Lansia)
Seruput Kopi Setengah Oleh tatie m sahea
Debat capres dan cawapres dalam pesta demokrasi di Indonesia untuk tahun pemilihan 2024 ini telah selesai dan besok, tepatnya tanggal 14 Februari 2024 (Valentine dan Hari Rabu Abu - untuk umat Katholik adalah memasuki masa Pra Paskah), saya jadi terpikir terkait "Kesejahteraan Pensiunan" setelah saya membaca salah satu berita di media dan ada satu diskusi menarik dengan rekan caled di podcastnya perihal usia harapan hidup orang Indonesia yang semakin membaik karena gizi nya juga yang semakin membaik.
Saat ini usia harapan hidup orang Indonesia berada di 72 tahun. Bila bekerja akan pensiun di usia 55 tahun, maka masih ada 17 tahun masa kerja untuk mengumpulkan pendapatan baik dipakai dalam operasional sehari-hari atau tabungan untuk masa pensiun.
Anggap saja, kita saat ini sehat wal afiat. Berarti akan hidup di masa pensiun dari 55 tahun (sejak pensiun) hingga 72 tahun (usia harapan hidup). Akan ada 17 tahun masa kehidupan TANPA GAJI, "tanpa penghasilan" kecuali memiliki tabungan atau deposito sehingga memiliki bunga (itupun apabila deposito nya cukup tinggi).
Lalu, dari mana uang untuk biaya hidup? Pilihannya adalah : Minta ke anak atau masih tetap bekerja di usia tua? atau mengandalkan bunga tabungan tapi nilai biaya kebutuhan hidup akan bertambah sejalan dengan nilai inflasi atau valuasi harga barang-barang kebutuhan pokok yang semakin naik juga baik jumlah dan harganya.
Di sisi lain, realitasnya hari ini 7 dari 10 pensiunan di Indonesia mengalami masalah keuangan, artinya TIDAK MEMILIKI TABUNGAN saat pensiun atau diusia Lansia. Kemampuna daya beli menurun, gaya hidup merosot tajam, hingga masih terlilit utang. Sementara tidak semua anak mau diikuti atau diminta orang tua.
Sebaliknya pula, orang tua pun paham bahwa setiap anak pasti punya kebutuhan hidup sendiri. Jadi, apa yang sudah diantisipasi untuk masa pensiun, untuk hari tua yang lebih baik?
Berapa sih biaya hidup yang diperlukan untuk masa pensiun?