Lihat ke Halaman Asli

Merubah Paradigma Mengajar Matematika dari “Dissouragement” Menuju “Encouragement”

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Perjalanan hidupku hingga menjadi pengajar terasa mulus, jenjang demi jenjang dalam pendidikan dilalui tanpa ada hambatan bahkan sebagai mahasiswa matematika dilalui hanya 4 tahun selesai dengan hasil sangat memuaskan hal ini membuat ketika mengajar selalu menyepelekan siswa ketika siswa mengalami kesulitan belajar matematika, sehingga kata-kata “ masa ini aja ga bisa” menjadi makanan sehari-hari yang diterima siswa. Hingga sampailah pada kesempatan  untuk melanjutkan kuliah S2 dengan jurusan yang berbeda yaitu teknik media digital disebuah universitas ternama di Bandung. Dengan semangat ingin mendapatkan ilmu baru yg jauh berbeda dengan sebelumnya ternyata kesulitan demi kesulitan diterima hingga pada suatu masa kata-kata “ masa ini aja ga bisa” sering diterima. Hal ini menjadi suatu perenungan yang mendalam kata-kata yang sederhana tetapi dirasakan sangat menusuk  karena saya yang tidak punya dasar belajar media digital harus langsung menjadi master dibidang tersebut perlu kerja keras untuk memahami sesuatu yang menurut mereka yang punya dasar pengetahuan tersebut itu hal yang sederhana.

Disisi lain sebagai mahasiswa dan disisi lain sebagai pengajar, sering kali sebagai pengajar menyepelekan kesulitas siswa yang ingin belajar matematika, siswa dianggap bodoh untuk mengerti sesuatu yang menurut pengajar sederhana padahal mungkin disatu sisi siswa telah belajar begitu keras untuk memahami yang menurut pengajar sesuatu yang sederhana. Sehingga kata-kata “ masa gini aja ga bisa” sering terlontarkan ke siswa.

Inilah salah satu fenomena pendidikan di negeri ini siswa bukanya diberikan dorongan dan semangat untuk memahami sesuatu  atau dalam kata lain diberikan encouragement malah siswa seringnya diberikan encouragement.

Suatu tulisan yang berjudul budaya menghukum dan menghakimi para pendidik di indonesia yang ditulis Prof Rhenald Kasalai yang merupakan guru besar FE UI cukup menginspirasi diri saya dimana tulisan tersebut  menceritakan tentang seorang guru yang memberikan nilai E (Excellence) untuk suatu karangan bahasa inggris sederhana yang dibuat oleh anak indonesia yang mungkin jauh dari kata excellence dan guru tersebut memberikan alasanya  bahwa filosofi dia dalam mendidik bukan untuk menghukum melainkan merangsang orang agar maju, encouragement, setiap anak berbeda-beda namun untuk anak yang baru tiba dinegara yang bahasa ibunya bukan bahasa inggris karya tersebut adalah karya yang hebat, kita tidak dapat mengukur prestasi orang lain menurut kemampuan kita yang sudah jauh didepan.  Sungguh argumen guru yang luar biasa. Dalam tulisan tersebut  Prof Rhenald Kasalai mengatakan juga bahwa temuan terbaru dalam ilmu otak manusia itu tidak statis melainkan dapat mengerucut atau dapat tumbuh tergantung dari ancaman atau dorongan yang didapat dari orang- orang disekitarnya.

Tulisan Prof Rhenald Kasalai  dan pengalaman saya selama kuliah s2 menginspirasi saya dalam mengajar matematika yang selama ini saya berkata “ masa ini aja ga bisa” harus diganti menjadi kata- kata yang mendorong anak untuk termotivasi belajar matematika dalam hal ini berubah dari paradigma mengajar dari   “dissouragement” menuju “encouragement”.

Mari kita mencoba untuk mulai merubah paradigma mengajar matematika yang mendorong kemajuan siswa bukan menaburkan ancaman atau ketakutan pada siswa dengan memberikan kata-kata terbaik kita untuk siswa kita, hal ini mungkin sesuatu hal yang sederhana bahkan sepele tetapi disatu sisi kata-kata yang kita berikan kepada siswa merupakan sesuatu yang berarti  bagi siswa. Jadi berfikirlah dahulu ketika berkata-kata kepada siswa jangan sampai malah membuat kemunduran bahkan ketakutan dalam belajar apalagi matematika masih dianggap pelajaran yang sulit bagi kebanyakan siswa, mulailah berbuat sesuatu yang menyenangkan dalam mengajar matematika dengan memberikan kata-kata atau perbuatan yang mendorong siswa untuk maju dan mau belajar matematika sehingga pengajaran berubah dari “dissouragement” menuju “encouragement”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline