Lihat ke Halaman Asli

hartati bahar

Ibu Muda yang ingin menjadi Queen Bagi anak-anaknya

Kesedihan Punya Beragam Warna

Diperbarui: 26 Oktober 2015   22:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Masih sakit ti?"

Pertanyaan ini langsung terlontar dari bibirnya saat dia melihatku, kami memang sudah sepekan lebih tak bersua, saya hanya mengangguk lemah mengiyakan.

"Iye, batuknya belum sembuh..."

"Hmm itu hanya kulit2nya sakit ti, InsyaAllah lekas sembuh nah"

Saya menatap lekat2 wajahnya, ada mendung dan raut kesedihan disana, mata kami beradu,

"Bagaimana kabarmu? Apa hasil pemeriksaan dokter?" Sahutku menyambung percakapan kami,

Suaranya bergetar, butiran air mata mulai bergelantungan di matanya yang indah, saya tak sanggup lagi menatap wajah sendu itu, saya tak ingin ikut menangis bersama.

"ti., saya belum pernah pingsan, tapi saat dokter menyampaikan diagnosis itu, saya merasakan darah berhenti mengalir di kepalaku, mata gelap, dan suara2 disekelilingku terasa jauh, ini adalah ujian terberatku.. "

Kami berdua terdiam, sesaat dia melanjutkan,

"Ti..untung ada suami yg memegangiku saat ke dokter itu, saya merasa di vonis dokter."

Saya masih didekatnya, membiarkan dia bercerita sambil berurai air mata, kerudung merah itu ikut basah, saya tertunduk sedih tapi tetap tak ingin terlihat menangis, percakapan ttg ini bukan yang pertama tetapi kesedihan yg melingkupi kami tetap sama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline