Historiografi merupakan penulisan dari suatu peristiwa sejarah. Namun dapat diartikan pula sebagai sejarah penulisan sejarah. Historiografi awal dikenal dari Yunani dan ROmawi klasik dengan tokoh yang menggagasnya diantaranya yaitu Thucydides, Herodotus, Titus Livy, dan Polybius. Seiring berkembangnya zaman, budaya historiografi mulai menyebar ke berbagai penjuru dunia, diantaranya ke Jazirah Arab.
Dikatakan bahwa budaya tulis menulis di Mekkah sudah dikenal sebelum masa Kerasulan Muhammad saw. Setelah Islam berkembang, budaya tulis di Arab mulai didayakan, faktanya adalah ketika tawanan perang Badar yang diberi tugas untuk mengajarkan tulis menulis kepada kaum Anshar dengan imbalan akan dibebaskan.
Kemudian historiografi beralih menjadi penulisan wahyu, yang mana pada saat itu banyak penghafal al-Qur'an yang syahid di pertempuran. Dengan kekhawatiran akan terus berkurangnya penghafal al-Qur'an, maka dicetuskanlah untuk menuliskan wahyuu Allah. Penulisan wahyu fase awal ditulis pada naskah-naskah berupa kulit kayu, pelepah kurma, tulang belulang, dan batu. Berikut perkembangan historiografi Islam:
Historiografi Pada Masa awal Islam
Karya sejarah yang dikarang pada pertama-tama adalah berisi tentang kisah-kisah orang terdahulu dengan tujuan mengambil manfaat dan teladan karena mereka mendapatkan hal yang sama dari al-Qur'an. Selain itu karya sejarah juga banyak berisi tentang berita penciptaan bumi, turunnya nabi Adam, kisah para Nabi, serta riwyaat hidup Nabi Muhammad saw.
Dengan begitu, Badri Yatim berpendapat bahwa berkembangnya historiografi Islam berdasarkan dua factor, yakni al-Qur'an yang memerintahkan umatnya untuk memperhatikan sejarah, dan al-Hadits yang juga demikian.
Semenetara itu Danar Widiyanta mengelompokan factor pendorong perkembangan historiografi Islam kedalam dua bagian yakni:
- Konsep Islam sebagai agama yang mengandung sejarah
- Adanya kesadaran sejarah yang dipupuk oleh Nabi Muhammad saw.
Perkembangan Historiografi pada masa Islam
Generasi pertama penulis sejarah adalah orang-orang Arab asli tanpa pengaruh Persia maupun Yaman, dalam menulisnya mereka mencantumkan isnad (rangkaian pemberi kabar). Husein Nashsar mengemukakan arus penulisan sejarah Islam terbagi menjadi dua, yaitu:
- Arus lama, biasanya masih terpengaruh Arab klasik yang berisi cerita hayal atau folklore dengan bentuk al-Ayyam dan al-ansab yang mana dalam penyajiannya lebih berbentuk seperti syair dan tidak kronologis.
- Arus baru, berisi tentang biografi dan disebutkan sebagai cabang ilmu hadits, yang mana penulis sejarah masa tersebut sering mengaitkan antara kisah satu dengan yang lainnya dengan dibumbui ayat-ayat al-Qur'an.
Bentuk dan isi karya sejarah Islam