Lihat ke Halaman Asli

Tati Rahmawati

apoteker komunitas

Pentingnya Skil Bantuan Hidup Dasar untuk Apoteker Tanggap Bencana

Diperbarui: 18 September 2023   14:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi ATB Banten

"Karena satu nyawa begitu berharga, menyelamatkannya adalah tugas kita semua"

Apoteker merupakan tenaga kesehatan yang memiliki peran penting dalam pengelolaan persediaan farmasi tremasuk saat kondisi bencana. Namun, dalam perjalanannya peran apoteker tidak hanya sebatas itu, ada banyak hal yang dapat saja terjadi saat kondisi bencana, semisal menemukan korban tak sadarkan diri baik dari korban bencana atau dari teman-teman yang sedang bertugas di lokasi bencana.

Berbagai hal tersebut mendorong Perhimpunan Apoteker Tanggap Bencana (ATB) Banten untuk mengadakan pelatihan terkait Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan korban. Materi disampaikan oleh dr. Rifqi Hidayat dari IDI Cabang Serang pada Sabtu, 16 September 2023, di Sekretariat IAI PD Banten. Kegiatan ini selain untuk meningkatkan kompetensi apoteker juga dalam rangka memeriahkan World Pharmacist Day yang jatuh pada tanggal 25 September setiap tahunnya.

Bantuan Hidup Dasar adalah suatu usaha pertolongan saat terjadi henti jantung, henti napas dan tak sadarkan diri. Tiga kondisi ini dapat terjadi pada siapa saja dan dimana saja.  Penyebabnya berbagai kondisi dan lingkungan yang beragam. Sekitar 700.000 henti jantung terjadi tiap tahun di Eropa dan jika dapat melakukan BHD dengan  tepat, baik dan cepat dalam 1-2 menit  dapat menyelamatkan kehidupan korban hingga 60%. Keberhasilan BHD ini perpacu dengan waktu, oleh sebab itu idealnya diberikan segera setelah terjadi henti jantung atau yang lebih dikenal dengan istilah golden period.

Dr. Rifqi menjelaskan, keterampilan atau skil melakukan BHD ini tidak hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan, namun semua warga dapat  melakukan ini jika telah terlatih . Apoteker sebagai sahabat keluarga tentu sudah sebaiknya menguasai  skil ini karena mempelajari BHD bukan untuk menyelamatkan diri sendiri, namun untuk menyelamatkan nyawa dari orang terdekat yang ada di sekitar kita seperti orang tua, suami, istri, anak dan lainnya.

Dokuemtasi ATB Banten

Hal pertama yang harus dilakukan sebelum memberikan pertolongan adalah memastikan keamanan. Istilah yang sering digunakan adalah 3A, yaitu Aman penolong, Aman Korban dan Aman lingkungan.  Sebagai penolong, keamanan diri sendiri adalah yang utama. Jangan memberikan pertolongan jika penolong merasa tidak aman diri. Begitu pula aman korban dan aman lingkungan ini penting sebelum melakukan pertolongan selanjutnya.

Kemudian penolong harus menilai respon yaitu memeriksa apakah korban mengalami henti jantung atau tidak. Cara untuk memastikan respon dari korban adalah dengan menepuk bahu, atau memanggil korban. Jika tidak ada respon atau tak sadarkan diri segera minta bantuan warga lain di sekitar untuk memanggil bantuan atau segera menelepon PSC ( Public Safety Center) 119.  Pada saat menghubungi 119, sebutkan nama, alamat dan jenis kejadian serta jumlah korban dan kondisi yang terjadi. Unit ini merupakan unit dengan sistem terpadu dalam penanggulangan gawat darurat di Indonesia.

Adanya orang lain ini selain untuk diminta mencari bantuan, juga dijadikan saksi dalam melakukan pertolongan. Hal ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan Jadi ada 3 tahapan yang dilakukan yaitu keamanan, menilai respon dan meminta pertolongan, jelas dr. Rifqi.

Langkah selanjutnya melakukan pengecekan CAB ( Circulation, Airway dan Breathing). Dan melalukan kompresi atau pompa jantung. Korban yang tidak sadar dibaringkan di tempat yang permukaannya rata. Penolong berada di samping korban dengan berlutut. Tumit  dari tangan diletakkan di bawah tulang dada korban, dan tumit tangan yang lain berada di atas tangan yang pertama.  Kompresi dada dilakukan sebanyak 30 kali hitungan disertai napas buatan 2 kali.  Prinsip push hard, push fast untuk memaksimalkan efektivitas kompresi dada.

Proses ini dilakukan dengan 5 kali siklus, dan diganti dengan penolong lain agar tidak kelelahan jika memungkinkan. Selama melakukannya usahakan minimal interupsi sambil memperhatikan apakah rongga dada mengembang. Bantuan memompa jantung ini dihentikan saat kembalinya denyut jantung dan korban sadar, pertolongan dari fasilitas kesehatan telah datang, penolong kelelahan atau terancam keselamatannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline