Jika ada yang bertanya apakah menulis itu sulit? jawabannya bisa iya atau tidak, tergantung konteksnya apa, jika sekedar menulis di chat pesan berwarna hijau itu mungkin sangat mudah,toh keseharian kita sudah di dominasi dengan aplikasi hijau tersebut.
Jika ingin menulis dengan tema khusus, ini yang butuh effort. Kita tidak bisa asal menulis jika tidak memiliki data atau informasi yang akurat tentang tema yang kita pilih. Ambil saja contoh jika ingin membahas tema yang sedang marak akhir-akhir ini seperti bullying di sekolah, beberapa informasi akurat harus kita dapatkan dari sumber-sumber yang valid.
Awal mula saya berkenalan dengan kompasiana dan tertarik untuk membuat akun adalah untuk mengembangkan hoby yang baru beberapa tahun ini saya minati, yaitu menulis. Jeda antara membuat akun dengan postingan perdana saya ini sangat jauh, sebab setiap kali ingin menulis saya selalu merasa tulisan saya tidak layak untuk di konsumsi khalayak ramai nantinya.
Here we go, saya memberanikan diri untuk memulai menulis di kompasiana. Drama di mulai ketika lupa pasword akun yang saya daftarkan, setelah itu mulai mengalami amnesia dadakan, banyak hal yang ingin di ceritakan lewat tulisan, tidak ada yang terealisasi, seperti para penulis pemula lakukan, tulis-hapus. Baru menuliskan beberapa kata, tombol backspace dengan lancar di tekan. Akhirnya tidak satu paragraf pun yang saya tulis.
Satu hal yang selalu saya ingat ketika pertama kali mengikuti kelas menulis gratis yang di pelopori oleh Mpu Apu Indragiry, jika ingin memulai menulis, ya menulis saja jangan merangkap menjadi editor. Sebab sering kali kita menulis, lalu langsung mengoreksi isi tulisan kita, yang ada tidak akan menjadi sebuah tulisan.
Pesan lain yang saya ingat adalah kunci sukses kita bisa menulis itu hanya tiga, kunci yang pertama adalah menulis, kunci kedua menulis dan kunci ketiga adalah menulis. Fix, jika ingin menjadi penulis ya mulai saja menulis, tuliskan apapun yang ada di pikiran kita, tulis saja dulu apa yang ingin kita sampaikan, tulis saja dulu apa yang mengganjal di hati kita. Abaikan dulu titik, koma, kaedah bahasa dan yang lainnya. Sisanya adalah berproses, apapun kita memerlukan proses. Tidak akan ada tulisan indah tanpa kita melewati tulisan yang kurang elok untuk di baca. Di sela-sela berproses jangan lupakan untuk terus belajar, gali ilmu kepenulisan dimanapun, kita perlu ilmu untuk memoles tulisan kasar kita, agar nantinya tulisan kita menjadi karya yang layak untuk di baca.
" Jika Kamu Bukan Anak Seorang Raja, Bukan Juga Anak Seorang Ulama Besar Maka: Menulislah ". --- Imam Al Ghazali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H