Lihat ke Halaman Asli

Tati AjengSaidah

TERVERIFIKASI

Guru di SMPN 2 Cibadak Kab. Sukabumi

Pendakian ke Kawah Gunung Bromo, Hampir Menyerah tetapi Akhirnya Bisa Sampai ke Puncak

Diperbarui: 9 Juli 2024   06:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendakian ke Kawah Gunung Bromo (dokpri)

Pada tulisan sebelumnya saya sudah menuliskan tentang perjalanan kami saat berburu sunrise di Bukit Dingklik (baca di sini). Setelah jeep bisa bergerak, perjalanan dilanjutkan menuju kawah Gunung Bromo dan tempat menarik lainnya.

Apabila bekunjung ke destinasi wisata Gunung Bromo, tidak lengkap rasanya apabila tidak melihat kawahnya yang berada di bagian puncak.  

Perjalanan Menuju Kawah Gunung Bromo

Jalan yang dilewati oleh jeep menuju ke Gunung Bromo tidak terlalu lebar, sebelah kanannya berupa bukit batu cadas. Jalannya menurun, di sebelah kiri banyak pepohonan tetapi diberi pembatas karena curam.

Jalan yang dilewati oleh jeep (dokpri)

Pemandangan di sebelah kiri sangat indah berupa Gunung Semeru, Gunung Batok dan Gunung Bromo yang masih tertutup kabut terlihat sangat dekat. Kami tak bosan memandangnya.

Pemandangan yang terlihat dari dalam jeep (dokpri)

Beberapa saat kemudian kami sampai di kawasan berpasir dan jeep berhenti di parkiran yang tersedia. Saya bertanya ke sopir letak toilet, Mas Fanni menunjuk ke tempat yang banyak pohonnya.

Kami berjalan menuju toilet, ternyata antriannya sudah dimulai dari luar. Untuk perempuan toilet yang tersedia ada 3 buah, beberapa orang bule juga sedang ikut antrian. 

Tetapi tiba-tiba ada seorang ibu masuk dan mau menyerobot sehingga diomel oleh pengunjung yang lainnya. Di toilet ini pengunjung dikenakan tarif sebesar Rp 3.000,00.

Setelah semua kumpul, kami berjalan melewati pasir. Banyak kuda di sekitar sini, pengunjung bisa naik kuda sampai ke tangga dekat kawah dengan tarif Rp 100.000,00 sekali jalan dan bila bolak-balik pengunjung harus membayar 2 kali lipat.

Banyak kuda yang bisa dinaiki (dokpri)

Mungkin karena masih pagi, pasirnya agak basah sehingga susah saat dilewati. Pasukan kami masih utuh 8 orang, yang jalan di depan yaitu Mas Fadhil, ananda, anaknya Teh Nia dan keponakan. Saya di belakang bersama Teh Nia, Teh Nur dan anaknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline