Lihat ke Halaman Asli

Pamijahan

Diperbarui: 15 Oktober 2022   10:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image by Wieslaw Graziowski from Pixabay

PAMIJAHAN

jalan menanjak dan berkelok itu
adalah juga serupa nasib kita. selalu dipeluk udara dingin,
sesuatu yang tidak mungkin dihindarkan. mari
lupakan, sayangku, dengan segelas panas
kopi pahit, bahwa hidup
bukanlah garis lurus

barangkali masih ada jejak kaki
yang disimpan waktu, di sini. tetapi, bukankah
segala menjadi abadi hanya dalam ingatan? seperti dulu,
tidak ada jalan yang selalu mudah
untuk ditempuh

tangga batu yang terjal menurun,
basah dan hijau berlumut, mengantar kita sampai
di Cigamea. deru gemuruh air tumpah ruah
dan tempias ribuan buih beterbangan
dipermainkan angin. tak ada pelangi lagi, sayangku,
kini matahari lebih kerap sembunyi

Bogor, 7 Oktober 2022

Puisi sebelumnya Kota Lama dan Simpang Lima

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline