PAMIJAHAN
jalan menanjak dan berkelok itu
adalah juga serupa nasib kita. selalu dipeluk udara dingin,
sesuatu yang tidak mungkin dihindarkan. mari
lupakan, sayangku, dengan segelas panas
kopi pahit, bahwa hidup
bukanlah garis lurus
barangkali masih ada jejak kaki
yang disimpan waktu, di sini. tetapi, bukankah
segala menjadi abadi hanya dalam ingatan? seperti dulu,
tidak ada jalan yang selalu mudah
untuk ditempuh
tangga batu yang terjal menurun,
basah dan hijau berlumut, mengantar kita sampai
di Cigamea. deru gemuruh air tumpah ruah
dan tempias ribuan buih beterbangan
dipermainkan angin. tak ada pelangi lagi, sayangku,
kini matahari lebih kerap sembunyi
Bogor, 7 Oktober 2022
Puisi sebelumnya Kota Lama dan Simpang Lima
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H