SENSASI BUKU YANG BERTANDA TANGAN PENULISNYA
Di beberapa film produksi luar negeri kadang ditemukan adegan yang khas ini.
Seorang penulis buku duduk di meja dengan pena di tangannya. Ia menyapa ramah seseorang yang memegang buku karyanya. Terjadilah dialog pendek antara penulis dan penggemar. Semisal bertanya nama atau untuk dihadiahkan kepada siapa. Selanjutnya jilid buku dibuka oleh pemiliknya dan disodorkan perlahan dengan sangat sopan. Sejurus kemudian sret, sreet, sreeet, sreeeet (bunyi goresan pena di halaman muka) ia menorehkan nama dan tanda-tangannya.
Sang penulis mengembalikan buku itu kepada pemiliknya yang tampak senang bukan kepalang, tersenyum riang, dan berkali-kali mengucapkan terima kasih. Beberapa fans penulis yang lain berbaris rapi mengantre tunggu giliran.
Bagi pemilik buku, berkesempatan bertemu dengan penulis buku dan memperoleh tanda-tangannya seperti dalam adegan film dipastikan memiliki sensasi tersendiri.
Apalagi jika buku itu sedang naik daun alias booming atau bermutu tinggi isinya atau penulisnya favorit bagi penggemar. Wuih, benar-benar sejuta rasanya (mengutip sepotong lirik lagu "Jatuh Cinta" yang dinyanyikan mbak Titiek Puspa).
Mungkin serupa dengan sensasi anak-anak baru gede yang berkesempatan bertemu dengan artis (baca: bintang sinetron, penyanyi dangdut, youtuber) yang diimpi-impikan mereka siang dan malam. Begitulah, tanda tangan artis itu tergolek manja di buku diary atau poster artis (biasa ditempel di dinding kamar).
Yang pasti adalah ada dua hal. Pertama, buku-buku yang tidak bertanda tangan penulisnya. Kedua, buku-buku yang bertanda tangan penulisnya.
Buku-buku yang tidak bertanda tangan penulisnya tidak berarti tidak pernah bertemu dengan penulisnya. Begini contoh kongkretnya.