GIRLI DAN 55 KELERENG YANG DIBUANGNYA
Girli keluar dari rumahnya, membawa sekantung kelereng. Kelereng-kelereng itu berbulan-bulan jadi bulan-bulanan tangannya.
Tangannya tidak pernah kelihatan bersih meski berkali-kali ia membilasnya dengan air dan sabun dalam sehari.
Di halaman, seribu anak-anak kecil sudah menunggu. Menunggu untuk bersiap-siap memungut kelereng-kelereng yang
akan dibuang. Dibuang Girli, pemiliknya yang menganggap keberadaan kelereng-kelereng itu kini hanya mengganggu waktunya
bermain.
"Terima kasih kelereng-kelerengku, kalian sungguh bagus dan menawan!"
Girli menaburkan kelereng-kelereng itu dari kantungnya di halaman. Halaman rumah menjadi riuh oleh kelereng-kelereng yang
berlompatan, berhamburan jatuh, memantul-mantul di tanah yang keras, menggelinding ke segala arah untuk selanjutnya terdiam.
Terdiam pula anak-anak itu sambil memunguti kelereng itu dengan haru.
"Kamu bukan pemain kelereng yang baik, Girli." kata seorang anak. Anak lain menimpali, "Terlalu. Kelereng bagus malah kamu
buang!" ujarnya dengan marah. Marah sambil penasaran anak lainnya lagi bertanya, "Siapa yang menyuruhmu membuang kelereng
kelereng itu?"
Pertanyaan anak itu tidak disahut Girli. Girli masuk kembali ke dalam rumah. Rumah tanpa kelereng-kelereng yang sungguh bagus
dan menawan.
Bogor, 27 September 2021
Puisi lainnya "[Puisi Mbeling] 3M"
Cerpen "Terima Kasih Paduka yang Mulia Kaisar Chow Wen Whang"
Artikel "Sepotong Renungan Ringan: Penyerangan Terhadap Ustad yang Berceramah"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H