Lihat ke Halaman Asli

Perihal Ikhlas

Diperbarui: 14 Desember 2022   09:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bagaimana bisa aku menolak sesuatu yang sangat aku inginkan. Duduk bersebelahan denganmu,berbincang-bincang ringan. Bercerita satu sama lain bersama di taman sambil mendengarkan lagu kesukaan kita berdua. Sungguh, sungguh aku rindu gelak tawa mu saat itu bersamaku hanya denganku.

Perjalanan sore itu akan selalu menjadi perjalanan paling menyenangkan sekaligus tak terlupakan. Ingin ku selalu ada disampingmu tapi sepertinya tidak bisa, entah ini perasaanku saja atau kamu juga. Perasaan ku mengatakan kamu maunya bukan sama aku, tapi mengapa sejak awal kata nyaman selalu kamu tunjukkan buat aku? Apa karena persahabatan kita, atau memang aku saja yang terlalu menaruh rasa padamu? Entah aku tak mengerti perasaan mu, yang ku tahu selama didekatku kamu senyum, senang.

Perkiraanku tentang perasaanmu ternyata benar, semenjak kamu memperkenalkan seorang wanita cantik yang kamu sukai padaku aku semakin yakin bahwa kata nyaman itu memang sudah tertuju padaku sejak awal. Tapi mengapa tidak aku? Kenapa harus wanita itu. Ingin sekali aku pergi sejauh-jauhnya agar kamu tak mencariku lagi, aku tidak mau bertemu denganmu lahi semenjak hari itu, aku merasa hancur hari itu. Berkali-kali aku ingin berlari menghindar dari sosok dirimu. Namun itu hanya sebatas keinginan yang tak sempat terealisasikan.

Sekarang aku paham bahwa melepas juga bagian terbaik dari mencintai seseorang. Bukan menyerah tapi mengalah, mengalah belum tentu kalah jangan salah mengartikan.

Berulang kali aku mendeskripsikan tatapanmu pada teman-temanku dan jawabannya tetap sama. Tatapanmu padaku sungguh dalam tapi tidak dengan maksudnya, entah apa itu aku tidak mengerti. Tatapanmu  padaku kini mulai hilang, tatapan yang selalu kurindu sekarang mulai sirna perlahan-lahan. Entah apa yang membuat tatapan itu perlahan sirna.

Genggaman tanganmu yang erat dan hangat pun mulai lepas dari genggamanku, mengapa? Apa ada yang salah dariku atau aku melakukan sesuatu yang tidak kamu sukai? Bilang saja jangan malah seperti ini padaku. Ketika tanganku ingin mengenggam tanganmu lagi seperti nya kamu enggan seketika aku sadar itu juga bukan hakku lagi, itu sudah jadi keputusanmu. Harusnya sejak awal aku sadar ya, sadar bahwa aku sama kamu emang gak bisa sama-sama terus.

Kini hanya waktu yang punya jawabannya, aku sudah tahu kok apa jawabannya. Gapapa, aku ikhlas kalo kebahagiaan emang bukan sama aku terus. Kamu boleh pergi kemanapun yang kamu mau sekarang, kamu boleh menjelajahi dunia sesukamu tanpa aku lagi. Tapi aku tetap disini, aku gak akan kemana-mana. Jadi, kalo kami butuh sesuatu kamu bisa balik dan temui aku tapi kalo kamu gak nemuin aku disana artinya aku sudah menemukan kebahagiaan ku sendiri.

Kamu pergi, aku disini. Menyedihkan ya tapi gapapa kok nanti aku bakalan pergi juga tapi nunggu kamu jauh dulu biar gak ketemu ditengah jalan.

sampai jumpa, Kamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline