Lihat ke Halaman Asli

Eta Rahayu

Urban Planner | Pemerhati Kota | Content Writer | www.etarahayu.com

Sebuah Kontemplasi: Bangkitlah Kemenangan!

Diperbarui: 20 Mei 2020   22:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangkitlah kemenangan! | Foto: iphincow.com

Hari Kebangkitan Nasional kita peringati setiap tahun setelah genderang pergerakan kaum muda ditabuh. Tepat hari ini, 112 tahun lalu, para generasi muda cerdas dan berani telah menggenggam tekad untuk merajut perubahan. Melangkah dan menembus babak baru yang kini kita yakini bersama, apa yang mereka lakukan sungguh revolusioner dan berpandangan kedepan.

Coba bayangkan, kalau hari itu terjadi hari ini. Apakah kita sanggup keluar dari zona imajiner? Apa kita sanggup bergandengan tangan dan membangkitkan 'jalan tengah' dari sebuah kunci permasalahan?

Budi Utomo, organisasi modern yang digawangi oleh kaum muda priyayi kala itu membuktikan diri bahwa imajinasi yang dituangkan dengan benar mampu menjadi tonggak perubahan.

Menengok kembali hari bersejarah 20 Mei itu, saya yakin, para pelopor pergerakan kelompok itu tak hanya berpikir tentang dirinya sendiri. Mereka peduli sesamanya.

dr. Soetomo dan "para ksatria" lainnya itu peduli masa depan bangsanya. Gagasan yang diungkap di sekolah kedokteran yang kini menjadi Universitas Indonesia itu akhirnya menjadi pijakan sejarah besar bangsa kita.

40 tahun setelah hari bersejarah itu, tepatnya 20 Mei 1948, Bung Karno menandai kali pertama peringatan Hari Kebangkitan Nasional di Istana Kepresidenan, Yogyakarta.

Lima windu bukan waktu yang sebentar untuk mengungkit kembali sejarah itu bila tanpa alasan yang kuat. Hingga akhirnya kini kita peringati tiap tahun.

Hari itu bukan hari biasa, melainkan tanda. Tanda bahwa banyak hal 'bangkit' sejak hari itu. Organisasi bermunculan, bangkitnya pemikiran berani yang diungkapkan, bangkitnya rasa 'agar Indonesia maju' secara bersama-sama, bangkitnya kepedulian mereka agar pendidikan bisa ditempuh siapa saja.   

Dari historia.id, saya mengagumi inti pidato presiden pertama Indonesia yang juga dimuat dalam Dari Kebangunan Nasional sampai Proklamasi Kemerdekaan, Kenang-kenangan Ki Hadjar Dewantara. Dalam bukti sejarah itu Soekarno mengatakan hal penting.

"Meskipun kita sudah merdeka, namun bahaya tetap mengancam Republik dari segala penjuru. Tetapi kita tidak perlu khawatir, akhirnya insyaAllah kitalah yang menang, asal kita memenuhi beberapa syarat yang perlu untuk kemenangan itu... yaitu menyusun machtspolitik, yakni kekuatan massa untuk mendukung perjuangan politik; dan menggalang persatuan nasional."

Menggarisbawahi frasa 'akhirnya insyaAllah kitalah yang menang, asal kita memenuhi beberapa syarat yang perlu untuk kemenangan itu'. Kita sepakat, kemenangan menjadi impian banyak pihak, bahkan bangsa kita sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline