Adegan petani mencangkul tanah semakin memastikan ada kemauan hidup, memuliakan alam, dan mengimpikan kemakmuran. Pada cangkul, petani menjalankan peradaban berusia ribuan tahun, bermula dari keputusan manusia hidup menetap dan mengolah tanah dalam pengadaan pangan. ~ Bandung Mawardi, dalam artikelnya Cangkul: Pesan dan "Kemakmuran", 2008.
Belum genap sebulan saya menemukan kabar menarik di timeline Facebook. Dari desa tempat saya lahir, Wonogiri. Kabar singkat namun menggugah kuriositas. Membuat bangga setiap mata yang membacanya. Dan berakhir dengan likes, loves atau wow emoji.
Launching Perdana Ekspor Beras Organik ke Amerika. Badan Usaha Milik Petani (BUMP) PT.Pengayom Tani Sejagad, Ds.Kebonagung, Kec.Sidoarjo, Kab.Wonogiri (24/04/2019). Volume ekspor 20 ton/bln beras putih, merah, hitam & mix.
Begitu Fanpage Wonogiri Update Official mengabarkan pada pengguna facebook. Tulisan singkat tersebut diikuti tiga buah foto. Menepis untuk dikatakan sebagai berita hoax.
Keingintahuan saya semakin membuncah. Saya membuka browser dan mengetikkan kata 'ekspor beras Wonogiri'. Disinilah saya mendapat rupa-rupa informasi.
Ekspor Beras Dari Wonogiri ke Amerika
Dalam Radar Solo dituliskan, di Wonogiri kebutuhan konsumsi beras medium juga premium mengalami suplus. Per 2018, produksi beras di Wonogiri mencapai 415.906 ton, stok juga melimpah, seberat 233.697 ton, sedang kebutuhan hanya di angka 84,5 ton. Data di Dinas Pertanian Pangan Wonogiri menunjukkan konsumsi 88,6 kg per kapita per tahun. Maka surplusnya mencapai 149.100 ton.
Lebih fokus pada keterangan ekspor, timlo.net, situs berita solo raya itu mengungkap Badan Usaha Milik Petani (BUMP) PT Pengayom Petani Sejagad menginisiasi kerjasama ekspor tersebut. Adalah Hanjar Lukito Jati, sang direktur BUMP yang mengawali kerjasama dengan Amerika melalui pameran nasional di Riau juga Jakarta. Ekspor perdana pada April 2019 lalu mengirimkan 20 ton beras organik ke Amerika Serikat. Dimana total kerjasama yang akan dipenuhi mencapai 450 ton hingga akhir 2019 nanti.
Hanjar tidak sendiri. Beliau menggandeng 1.250 petani yang memiliki lahan seluas 650 hektar. Selain Amerika, Singapura dan Jerman juga siap membeli beras dari Wonogiri. BUMPPTS sendiri awalnya adalah Asosiasi (2008), kini telah mengantongi sertifikat organik dari Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) dengan Standar Nasional.
Ekspor ini tidak mudah. Beras yang diekpor harus memiliki sertifikat internasional sebagai beras organik. Dalam website resminya, PT Pengayom Petani Sejagad memberikan catatan menarik terkait ekspor beras ini. Bahwa kebutuhan ekspor ternyata dititikberatkan pada varietas Beras Hitam Organik. Mengapa?
Dari penelitian, Beras Hitam Organik memiliki kandungan serat, Vitamin E, Thiamin, Silenium, Magensium dan Phospor yang sangat tinggi. Padahal diakui pula permintaan Beras Merah Organik juga meningkat. Namun permintaan Beras Hitam Organik ini justru rendah di dalam negeri. Bila kita mengenal Beras Merah Organik, konsumen di luar negeri lebih familiar terhadap Beras Hitam Organik.