Alhamdulillah seminggu lalu diberi amanah untuk menikmati sisi bumi Allah yang lain. Pulau Dewata, yes Bali! Sebelumnya tak terfikir kalau akan menginjakkan kaki di Bali di awal perkulihan mulai dilakukan.
Senin malam pukul 9 saya berangkat ke Stasiun Gubeng. Ya, saya berangkat ke Bali bersama dengan 3 orang kawan saya via jalur darat. Perjalanan ngetrip kali ini sungguh menimbulkan kesan yang mendalam. Nah kan belum berangkat saya sudah bilang mengesankan, kenapa? Karena dari sekian kali ngetrip baru kali ini kakak saya yang mengingatkan saya untuk segera berangkat, plus diantar ke stasiun. Thats why i called it spesial!
Tidak kurang dari 10 menit saya sampai di St. Gebeng Baru Surabaya. Sekedar informasi Stasiun Gubeng di bagi menjadi 2 gate. St. Gubeng lama yang melayani pembelian tiket, pemberangkatan hingga kedatangan kereta ekonomi, dan St. Gubeng baru yang melayani segala sesuatu yang berhubungan dengan Kereta Bisnis Eksekutif. Jangan sampai keliru karena walaupun hanya dipisahkan oleh pagar pembatas, kita wajib berpindah pelataran lewat jalan yang sangat jauh, bukan langsung ‘menerobos’ pagar pembatas. Yeah, malam itu saya datang lebih dulu dari 3 teman saya. Selang beberapa menit kemudian mereka datang, dan kami langsung masuk ke ruang tunggu. Sambil menunggu kereta kami sempat berpose dulu.
[caption id="attachment_266486" align="alignnone" width="448" caption="Menunggu Mutiara @st. Gubeng Baru"][/caption]
Pukul 09.50 Kereta Mutiara Timur Malam melaju dari arah St. Surabaya Kota, dan tepat pukul 10.00 kepala perjalanan meniup peluitnya. Sebelumnya mungkin ada yang bertanya tanya katanya backpaker tapi kok naiknya kereta bisnis eksekutif ‘Mutiara Timur Malam’ begini? Bagi railfans pasti tau jawabannya. Benar, Bulan September yang merupakan bulan ulang tahun PT Kereta Api sedang mengadakan promo tiket Bisnis Eksekutif. Jatuhnya lumayan lhooo, untuk perjalanan ke Banyuwangi dari Surabaya tiket bisnis hanya di bandrol Rp 30.000,- dan eksekutif hanya Rp. 50.000,-. Murah kan?
Untuk yang ingin ke backpaker ke Bali jangan ciut dulu, kalau memang tidak sedang ada promo, tiket kereta Ekonomi AC ‘Sri Tanjung’ sudah murah kok, senilai Rp.55.000,- kereta ini bahkan melayani Jogja hingga Banyuwangi via jalur tengah atau jalar Surabaya.
Oke karena malam itu saya tidak bisa tidur, basicly saya memang jarang bisa tidur ketika sedang perjalanan, lebih sering melihat kanan kiri, tapi karena hari itu sangat gelap saya coba meneropong keadaan luar dengan menutup celah cahaya kereta menggunakan kedua tangan saya. Setelah pukul 04.30 sampai di St. Banyuwangi Baru saya baru sadar kalao saya hanya tidur kisaran 30 menit. Hajar pas di bis ntar aja deh, pikir saya.
Setelah salat subuh di mushola stasiun kami berjalan ke Pelabuhan ketapang yang letaknya tak jauh dari stasiun, kira kira hanya 100 meter. Dan lagi walau belum mandi, foto tetap nomor satu, hehe..
[caption id="attachment_266487" align="alignnone" width="448" caption="@PelabuhanKetapang"]
[/caption] Dengan rupiah senilai 7.500 per orang kami mendapatkan tiket menyebrang selat bali menggunakan kapal fery yang disediakan oleh PT ASDP Indonesia Ferry (Persero). Menyebrang dari Ketapang ke Gilimanuk ini membutuhkan waktu kisaran 1 jam, tapi jangan kaget karena saat di tengah tengah selat anda akan kehilangan waktu 1 jam, disini pula saat yang tepat anda berkata, “sampai jumpa WIB, selamat datang WIT!” Atau sekarang begini “sampai jumpa BBWI, selamat datang BTWI” :D *cmiiw Dan yang paling menyenangkan selama diatas kapal selain menikmati sunrise tentunya, juga menikmati 3 gunung yang menjulang ke langit, manis sekali. Like this!
[caption id="attachment_266488" align="alignnone" width="448" caption="Yes its amazing"]
[/caption] [caption id="attachment_266489" align="alignnone" width="448" caption="Atas Kapal Ferry"]
[/caption] Sampai di Gilimanuk ini yang harus hati - hati jangan sampai teledor karena banyak calo - calo bis yang berkeliaran. Salah salah bisa kena mahal. Sebelum menemukan bis, kami harus keluar melewati detector di pos keluar lengkap yang sudah lengkap dengan petugas dan beberapa orang polisi, lalu diarahkan ke pos selanjutnya untuk diperiksa KTP kami. Cukup ribet memang, dan ingat ini gratis tidak dipungut biaya apapun.
Sebelum melanjutkan perjalanan kami sarapan dulu di depan pelabuhan, mungkin karena terlalu pagi pedagang masih banyak yang belum buka lapak. Tapi alhamdulillah ada tukang nasi yang insyaallah halal. Cukup dengan 5000 rupiah kami bisa memilih nasi dengan berbagai lauk. Sambil makan kami coba cari tau berapa harga bis dari Gilimanuk ke Ubung, Denpasar. Banyak variasi mulai dari 30ribu hingga 40ribu. Atau kalau mau, bis bisa langsung dinaiki saat keluar dari stasiun Banyuwangi Baru, bis fasilitas terusan kereta api yang bekerjasama dengan Damri, tapi jika tidak memiliki tiket terusan kita harus membayar Rp. 65.000,-, sudah termasuk tiket penyebrangan.
Perjalanan dari Gilimanuk ke Ubung memakan waktu kurang lebih 3 hingga 4 jam, relatif tergantung si sopir dan keadaan jalan macet atau tidak :D Hari itu kami sampai di Ubung Denpasar pukul 12.08. Dan langsung meluncuk ke penginapan yang sudah kami konfimasi sebelumnya. Hotel di Denpasarpun banyak yang relatif murah, tapi yaa hotel Melati. Di sekitaran Jalan Pidada, ada di satu kawasan dengan Terminal Ubung, dan ada pula di jalan Nangka. Hari itu kami beruntung dengan mendapatkan penginapan di jalan Nangka dengan harga Rp. 90.000,- per hari dengan bisa digunakan untuk 4 orang.
Untuk perjalanan kesana kemari, karena kami juga belum mengusai medan, kami putuskan untuk menyewa motor, untuk sehari sepeda motor jenis apapun dibandrol Rp. 50.000,- lengkap dengan STNK dan 2 helm, tapi untuk bensin yaa main untung-untungan sih, kalau sedang untuk bisa ada bensinnya, kalau sedang tak mujur bensin hanya cukup sampai ke SPBU terdekat. Selama 3 hari 2 malam di Bali kami menghabiskan bensin kisaran Rp. 25.000,- saja, tentu ini relatif perjalanan kami kemana dan lewat jalan mana, dengan motor apa, dsb. :D
Karena kami anak Planologi, kami lebih senang melihat penataan ruang di Bali selain memang pergi ke beberapa tempat wisata. Tempat wisata yang kami datangi hanya kuta, sanur dan Tanjung Benoa. Dengan aktivitas itu saja sudah menghabiskan waktu. Jadi kami bersiap untuk pulang ke Surabaya pada hari kamis siang. Dari terminal Ubung pukul 14.30 sampai di Ketapang pukul 18.00 dengan harga tiket yang sama tapi dengan bis yang berbeda. Lalu selepas sholat di mushola Pelabuhan Ketapang, kami putuskan untuk mengisi perut disekitaran pelabuhan. Karena masih jam 8 kami putuskan untuk menunggu di ruang tunggu stasiun hingga pukul 10.00.
[caption id="attachment_266491" align="alignnone" width="448" caption="At Kuta"]
[/caption]
[caption id="attachment_266493" align="alignnone" width="448" caption="Kuta"]
[/caption] [caption id="attachment_266494" align="alignnone" width="448" caption="Makan di Ketapang"]
[/caption] [caption id="attachment_266495" align="alignnone" width="448" caption="Di Atas Kereta"]
[/caption] [caption id="attachment_266496" align="alignnone" width="448" caption="Di terminal Ubung, Denpasar"]
[/caption] [caption id="attachment_266497" align="alignnone" width="448" caption="At Sanur, nyari Sunrise"]
[/caption]
Untuk lebih mudah berikut ini coba saya rincikan pengeluaran berangkat hingga pulang dari Surabaya hingga ke Bali.
*) Noted, Kalau tidak ada promo anda bisa menggunakan kereta ekonomi AC Sri Tenjung seharga Rp. 55.000,-. Silahkan di tambah sendiri, plus jika anda ingin beli oleh oleh juga silahkan ditambahkan sendiri. :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H