Oleh:
Tatan Tawami, Retno Purwani Sari, M. Rayhan Bustam, Juanda, Nungki Heriyati, dan Asih Prihandini
Hasil Evaluasi Penelitian Lapangan
Kebijakan Merdeka Belajar -- Kampus Merdeka (MBKM) dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Mendikbud No. 3 Tahun 2020. Kebijakan ini memberikan hak kepada mahasiswa untuk melakukan proses pembelajaran 3 (tiga) semester di luar program studinya, sehingga mahasiswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan minatnya. Kebijakan ini diindikasikan berangkat dari sebuah konsep bahwa proses dan pengalaman belajar terjadi di mana saja dan berlangsung selama-lamanya (lifelong learning) sebagaimana dinyatakan oleh Hager (2011). Oleh karena itu, program MBKM ini diyakini dapat menjadi sebuah solusi pembelajaran dinamis, inovatif, dan fleksibel yang secara resmi mewadahi dinamika proses pembelajaran sepanjang hayat di kehidupan bermasyarakat, terutama bagi para mahasiswa yang menjadi penopang pembangunan bangsa.
Berangkat dari kondisi tersebut serta dengan memperhatikan kemajuan teknologi yang mengubah pasar tenaga kerja dan proses produksi sebagaimana dinyatakan oleh Menteri BUMN RI Erick Tohir dalam Upacara Pelantikan Wisudawan ke 36 Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) pada tanggal 5 Desember 2021, hadirnya profesi dan lapangan kerja baru menuntut adanya sebuah perubahan dalam sistem atau pun proses pembelajaran. Didukung oleh kebijakan MBKM, institusi Pendidikan menjadi lebih leluasa melaksanakan link and match dengan dunia industri sehingga mahasiswa dapat memperoleh pengalaman belajar faktual. Selain itu, kebijakan MBKM juga memberikan pengalaman kepada mahasiswa untuk beradaptasi dengan budaya belajar (Brown dalam Teasley, 2017) yang berbeda di institusi Pendidikan lain. Hal ini tentunya dapat meningkatkan kemampuan softskills mahasiswa baik secara kognitif mau pun empiris; memunculkan sikap kompetitif-kolaboratif yang berlandaskan nalar ilmiah sehingga menghasilkan sikap adaptif baru terhadap profesi dan lapangan kerja baru.
Berkenaan dengan hal tersebut, institusi pendidikan meninjau dan mengoreksi capaian pembelajaran guna meningkatkan tingkat keterserapan lulusan di dunia kerja. Program Studi Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), sebagai salah satu pelaksana teknis implementasi kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), beradaptasi dengan proses pembelajaran inovatif dan dinamis dari Program Pembelajaran MBKM. Capaian pembelajaran mahasiswa difokuskan pada aspek sikap, pengetahuan, serta keterampilan optimal dan relevan dengan perkembangan zaman. Implementasi Program MBKM di Program Studi Sastra Inggris, UNIKOM menjadi bentuk pembelajaran otonom dan fleksibel sehingga dapat menciptakan budaya belajar yang inovatif dan fleksibel. Salah satu dampak yang dapat dirasakan dari implementasi kebijakan MBKM di institusi Pendidikan, secara spesifik adalah sivitas akademika Program Studi Sastra Inggris UNIKOM mengalami peningkatan keterampilan softskills dan hardskills.
Softskills menurut Schulz (2008) adalah kategori keterampilan yang meliputi kualitas personal, kemampuan interpersonal, dan keterampilan/pengetahuan tambahan. Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa kualitas personal merujuk pada kepribadian individu dan integritas diri untuk dapat memenuhi norma yang berlaku di suatu bidang kerja/masyarakat atau bahkan melampauinya. Kemampuan interpersonal adalah kemampuan individu untuk bisa berempati dalam proses interaksi di suatu bidang kerja/masyarakat. Akibatnya, keterampilan/pengetahuan tambahan merupakan sebuah sikap terbuka untuk mau belajar meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja/masyarakat. Sementara itu, hardskills dapat dipahami sebagai keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek teknis untuk menyelesaikan suatu permasalahan di bidang kerja/masyarakat (Rainsbury dalam Sopa, 2020). Aspek-aspek teknis yang dimaksud berhubungan dengan keterampilan individu dalam menggunakan sumber daya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik. Berkenaan dengan hal ini, dalam implementasi kebijakan MBKM Program Studi Sastra Inggris, setidak-tidaknya peningkatan softskills terjadi pada tiga kategori; sikap, fleksibilitas, dan motivasi. Di sisi lain, dari segi hardskill peningkatan terjadi pada bidang literasi teknologi-digital dan kemampuan rekayasa multimedia yang diiringi peningkatan keterampilan berbahasa; pemilihan bahasa berdasarkan fungsi sosialnya.
Dengan sistem pembelajaran yang dinamis, inovatif, dan fleksibel, implementasi kebijakan MBKM mau tidak mau telah mengubah cara pandang dosen dan mahasiswa terhadap proses pembelajaran menjadi lebih menuntut, dalam artian bahwa baik dosen mau pun mahasiswa diminta untuk selalu awas terhadap fleksibilitas waktu belajar atau pun inovasi media pembelajaran. Di awal-awal implementasinya, adaptasi pembelajaran MBKM ini mengalami berbagai kendala. Namun seiring berjalannya waktu, proses ini memancing dosen dan mahasiswa untuk dapat bersikap lebih terbuka terhadap segala interaksi keilmuan. Dari interaksi inilah muncul inovasi-inovasi proses pembelajaran yang pada akhirnya memotivasi dosen dan mahasiswa untuk mengembangkan dirinya lebih jauh dengan meningkatkan kemampuan hardskill-nya.
Dengan sifatnya yang multimoda, implementasi program MBKM secara tidak langsung menuntut mahasiswa untuk dapat menguasai teknologi pendukung proses pembelajaran. Selain itu, mahasiswa/dosen juga dituntut untuk dapat memvisualisasikan hasil belajar atau materi pembelajaran yang ramah pengguna melalui media digital. Dengan kalimat lain, baik dosen atau pun mahasiswa mengalami proses pembelajaran yang secara tidak langsung meningkatkan kemampuan mereka untuk dapat menggunakan perangkat Informasi Teknologi dan aplikasi-aplikasi rekayasa digital untuk menyampaikan hasil/materi pembelajarannya.
Contoh nyata dari peningkatan softskill dan hardskill melalui implementasi program MBKM di Program Studi Sastra Inggris salah satunya terjadi dalam proses pembelajaran Mata Kuliah Kerja Lapangan (KKL/Pemagangan). Pada periode sebelum implementasi MBKM, pemagangan seringnya dilakukan di wilayah-wilayah yang berdekatan dengan kampus, namun dengan kebijakan MBKM, baik Program Studi atau pun mahasiswa menjadi lebih leluasa untuk menjalin kerja sama dalam melakukan pemagangan. Salah satunya adalah kelompok mahasiswa yang melakukan pemagangan di Hotel Penataran, Kediri yang diminta untuk membuat video Profil Perusahaan. Selain itu, ada juga mahasiswa yang magang di kanal youtube youtube.com/c/haelian yang berbasis di Amerika Serikat, pemagangan yang tidak hanya melintasi Provinsi, namun juga lintas Negara.
Bentuk pemagangan yang dilakukan dalam kedua contoh di atas menuntut mahasiswa Program Studi Sastra Inggris untuk melakukan rekayasa digital agar bisa ditampilkan secara komersil bagi kedua perusahaan. Hal ini memperlihatkan bagaimana implementasi kebijakan MBKM telah memberikan kesempatan bagi mahasiswa Program Studi Sastra Inggris untuk tidak hanya memahami hal-hal yang berhubungan dengan linguistik dan Bahasa Inggris, namun juga menjadikan mereka mampu menguasai keahlian rekayasa digital yang selama ini sering dihubungkan sebagai keahlian yang secara khusus dimiliki oleh mahasiswa dari Program Studi Desain Komunikasi Visual. Dalam prosesnya, tentu saja kemampuan softskills mereka juga meningkat secara bertahap karena mereka dituntut untuk beradaptasi dengan budaya kerja yang berbeda dan menuntut hasil yang sempurna. Mahasiswa menjadi lebih terbuka dan termotivasi untuk mengintegrasikan keilmuannya. Selain itu, mahasiswa juga menjadi lebih paham dengan konsep fleksibilitas pekerjaan dengan adanya perbedaan waktu sehingga tetap bisa mempertahankan kualitas pekerjaannya/pembelajarannya.