Lihat ke Halaman Asli

Agenda Tersembunyi Golkar Bergabung dengan Pemerintahan Jokowi

Diperbarui: 11 Januari 2016   08:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kabar Golkar akan merapat ke Pemerintahan Jokowi makin santer. Hebatnya, ini dilakukan saat mereka kehilangan legalitas.

Sejumlah kalangan internal dan eksternal partai sudah kasak-kusuk. Tentu yang dibicarakan adalah 'keuntungan pragmatis' di situasi sempit yang bakal didapat. Maklum saja Golkar partai besar dan berpengalaman. Punya sumber daya manusia yang hebat dan terpuji di negeri ini. Contohnya Setya Novanto. Jadi ; 'Gengsi dong kalau cuma sekedar ikutan mendukung'.

Siapa yang tak tahu kehebatan partai Golkar. Manuvernya dalam menyelamatkan karier Setya Novanto sangat heroik dan dramatis bikin decak kagum rakyat Indonesia. Kelak akan menjadi contoh generasi muda politik negeri ini dimasa datang. Publik telah dibuat menjadi cerdas oleh pembelajaran politik paling progresif ala Aburizal Bakri dan Setya Novanto. Disaksikan berjuta mata dalam siaran langsung 'pengadilan etika parleman', Setya Novanto selamat dari 'stempel' bersalah. Termasuk bebas riang gembiranya sang teman akrab yakni ; Reza Chalid.

Herannya, mereka hebat hanya di luar. Tapi tak berdaya di dalam rumah sendiri.

Entah sudah berapa kali lebaran bang Toyib tak pulang-pulang, dan masalah internal Golkar pun tak juga beres. Kerjaannya 'berantem melulu' di dalam. Didamaikan tidak mau. Sempat mau damai tapi kemudian salah satu pihak merajuk kayak perempuan sedang PMS. Padahal kalau di lua Golkar hebatnya bukan main. Contohnya manuver mereka sukses menyelamatkan karier Setya Novanto.

Kini kepengurusan partai telah habis masa berlakunya, hingga "Legalitas'nya dipertanyakan. Bagai lelaki tampan dan kaya, tapi tak punya rumah sendiri setelah diusir sang Istri karena kebanyakan main di luar. Celakanya, istri pun kemudian tak berhak menempati rumah itu karena habis masa berlakunya, sebab lupa bayar pajak. Ini analogi yang agak 'dipaksakan' memang, tapi dalam politik semua hal bisa dipaksakan, bukan? Contohnya Setya Novanto bisa jadi Ketua Fraksi.

Golkar memang anomali partai paling unik. Mungkin para ahli politik dari planet luar angkasa dan alam ghaib heran. Mereka mungkin sedang mengamati atau meneliti soal Golkar. Kalau ahli dari Ameria tidak valid karena negeri itu sudah dikunjungi Setya Novanto beberapa waktu lalu dalam rangka kesepahaman sebagai tokoh penting di negeri ini.

Uniknya Golkar, hebat di luar tapi tak berdaya di dalam. Makanya mereka 'bermanuver' mendekati pemerintahan Jokowi konon ingin bergabung dan mendukung setelah sekian kali lebaran jadi si Oposisi Sombong. Konon manuver ini bukan tanpa maksud. Mereka ingin mendapatkan 'legalitas' partai. Tentu saja legalitas milik kepengurusan Ical (Aburizal Bakrie) yang sempat berada di atas angin setelah menang lawan Agung Laksono. Tapi itu dulu, sekarang justru pihak Ical masuk angin berat. Terhuyung-huyung dan mau bersandar pada pemerintahan Jokowi.

Golkar dipenuhi orang-orang pintar, yang penuh etika dan berwibawa. Menjadi tauladan generasi muda. Punya pengalaman hebat. Cerdas melebihi rakyat awam. Golkar dipenuhi politikus licin yang cinta tanah air dan bangsa daripada diri sendiri dan kelompoknya. Kalau saja kubu Ical-Agung bisa berdamai, dengan kelebihan yang dimiliki tentu mereka tak perlu termehek-mehek merapat kepemerintahan Jokowi dengan 'agenda' tersembunyi. Sebuah agenda yang telah menjadi Rahasia Umum.

Publik kini sudah sadar dan sedang menyimak rencana manuver ini. Masih belum hilang dari ingatan publik ketika Setya Novanto dengan jiwa besar, rendah hati, dan santunnya mengundurkan diri dari Ketua DPR dan memilih hanya jadi ketua fraksi. Sebuah sikap terpuji. Publik telah dibuat menagis terharu dan kagum !

Bila kelak Golkar jadi merapat ke Pemerintahan Jokowi, maka publik dengan hati berdebar-debar lagi-lagi menanti manuver mengagumkan dari Golkar tersebur. Publik bagai menunggu atraksi spekatakuler tukang sulap David Coperfield yang mendebarkan. Kalau bisa kualitas manuvernya lebih hebat dari yang dilakukan Setya Novanto. Sehinga sejarah kembali mencatat temuan baru etika politik Golkar yang progresif. Sebuah manuver politik jaman Avan Garde yang mengagumkan publik, memberi contoh terbaik bagi generasi muda masa depan. Sehingga kelak bisa ditiru mereka untuk membangun negeri ini menjadi bangsa maju, sejahtera dan beradap.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline