Lihat ke Halaman Asli

Buang Sampah Sembarangan Lebih Kejam dari Pembunuhan

Diperbarui: 18 Juni 2015   05:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Aaaah…judul yang terlalu kejam. Masak iya, buang sampah lebih kejam dari pembunuhan? Rekan eksekutif sekalian, judul artikel ini berkaitan dengan peristiwa banjir besar sejak 2002, 2007, 2012 dan 2014 ini. Banjir telah menenggelamkan Jakarta, dengan daerah rendaman makin luas, yakni mencapai 60-70%. Hal yang mencemaskan, mengingat ada beberapa daerah yang selama ini bebas atau hanya mengalami sedikit banjir (paling hanya sampai semata kaki), namun sekarang mulai kemasukan air atau mengalami peninggian sampai 1-2 meter!

Banyak faktor manusia yang menyebabkan banjir, mulai dari penggundulan hutan tanpa kendali dan reboisasi yang baik, RTR (rencana tata ruang) yang tidak baik/dilanggar, pembuatan sistem drainase yang buruk, atau tiada/kurangnya daerah resapan air hujan di perkotaan dan perilaku membuang sampah sembarangan dari masyarakat. Kita akan bahas causa yang terakhir.

Bahkan, sampai ketika banjir mulai surut (namun masih banjir), saya sering menyaksikan bahwa orang masih membuang sampah sembarangan. Mulai dari pasar, pinggir kali/sungai, di kampus, trotoar sampai di jalan raya atau pintu tol. Banyak mobil-mobil mewah yang (pemilik atau sopirnya?) membuang karcis tol langsung di jalanan begitu setelah membayar tol masuk atau keluar.

Sepelekah tindakan ini? Tidak sama sekali. Bahkan, kalau direnungkan, tindakan membuang sampah mempunyai derajat negatif yang lebih besar (minimal sama) daripada membunuh satu orang. Bagaimana tidak? Kita mencoba melihat kota Bandung dahulu. Pada Kompas sekitar bulan April 2005 ada berita foto yang menggambarkan sungai yang sangat penuh dengan sampah, sehingga ada beberapa orang bisa berdiri di atas sampah untuk melakukan proses ‘seiri’ (baca: Memulung). Bahkan air sungainyapun tak tampak lagi. Beritanya: “Ketidakdisiplinan warga dalam membuang sampah ke sungai telah membuat Dayeuhkolot, Bandung Jawa Barat mengalami banjir. Banjir tersebut telah berakibat sangat fatal, karena telah merusak sentra industri tekstil di daaerah itu. Kerugian industri tekstil akibat banjir Dayeuhkolot itu dilaporkan sekitar Rp. 900 milyar, dan dampaknya adalah 60.000 orang kehilangan pekerjaan.”

Terlihat jelas kan? Jadi, sama dengan prinsip korupsi yang menurut Paolo Mauro dari Princeton University bisa lebih kejam dari pembunuhan karena sama dengan menghilangkan puluhan ribu pekerjaan orang lain, maka begitu jugalah dengan membuang sampah sembarangan, (yang mengakibatkan banjir dahsyat seperti Bandung atau Jakarta kemarin), berarti sama dengan menghapuskan mata nafkah buuuanyak orang, dengan akibat pemiskinan dan pengangguran katastropik yang sangat memberatkan negara. …

Salam waterproof….

Drg. T.A. Tatag Utomo, MM., ASM
Direktur Pendidikan
KPPSM F.X. Oerip S. Poerwopoespito
Pelatihan Pengembangan Sikap Mental, 'dasar dari Segala Pelatihan'
T: 8716968, H: 0818874430, e: tatag@kppsm.com
W: www.kppsm.com, FB: Pengembangan Sikap Mental Positif
Weblog: www.pengembangankarakter.com, Twitter: @tatagkppsm




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline