Suatu masa di sebuah negeri, "Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): 'Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering. Hai orang-orang yang terkemuka, terangkanlah kepadaku tentang ta'bir mimpiku itu jika kamu dapat mena'birkan mimpi' " (QS Yusuf: 43).
Para penasihat cerdik pandai yang mengelilingi raja hanya bisa menjawab, "(Itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak tahu menta'birkan mimpi itu" (QS Yusuf: 44). Lalu, diutarakanlah kepada seorang narapidana rupawan yang lantas berkata, "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di bulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan" (QS Yusuf: 47). Ia melanjutkan, "Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan" (QS Yusuf: 48).
Pemuda tampan yang masuk penjara akibat konspirasi ini diangkat menjadi menteri pertanian karena terobosan dan usahanya menyelamatkan Mesir dari bencana kelaparan sukses besar. Ketika dimi'rajkan, Nabi Muhammad pernah bersua dengan mantan narapidana ini di langit ketiga. Kesan beliau, pria ini diberi ketampanan separuh penduduk bumi (HR Muslim, 162). Dialah Al-Karim putra Al-Karim putra Al-Karim putra Al-Karim. Dialah Nabi Yusuf bin Nabi Ya'qub bin Nabi Ishaq bin Nabi Ibrahim.
Jangan dikira bahwa Mesir, salah satu negeri di benua Afrika ini, semua tanahnya tandus. Selama ribuan tahun beberapa daerah yang dilewati sungai Nil mereguk keberkahan sungai terpanjang di dunia ini. Sepanjang bantarannya adalah gugusan hijau dengan beberapa satwa yang menghuninya. Tak terkecuali negeri dengan salah satu peradaban terkuno ini. Namun demikian, kesuburan dan kemegahan agraria negeri tersebut tidak luput dari paceklik nasional. Dan, tidak mustahil tujuh tahun berturut-turut itu akan membinasakan semua atau sebagian besar penduduknya bila saja Allah tidak mewahyukan sebuah ilham melalui takwil mimpi yang disampaikan kepada Nabi Yusuf.
Jangan heran bila ada dialog pertanian di negeri Piramida ini. Kalau Anda berkesempatan jalan-jalan ke benua hitam ini, pada beberapa daerahnya bahkan penduduknya bermata pencaharian di bidang agraria.
Di negeri kita nan ijo royo-royo, gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo ini, tersebutlah adat sebuah daerah, manakala selesai masa tanam, para petaninya hanya tidur-tiduran, bersantai-santai, bahkan berhura-hura di kedai-kedai. Kesuburan tanah telah membuat mereka ternyenyak. Dibuai oleh lirik "Tongkat kayu dan batu jadi tanaman," mereka pun berpangku tangan. Bertanam secara asal. Hingga suatu ketika mereka harus terenyak selepas tidur panjang mereka yang nyenyak.
Negeri kita memang subur, tapi juga dikelilingi beberapa gunung merapi yang aktif. Negeri kita juga luas menghijau, tapi juga berada di atas lempeng bumi yang bila bergeser akan menyebabkan gempa tsunami dan tektonik. Siapa di antara kita yang bisa meramal masa depan? Lebih baik bersiap-siap untuk kemungkinan terburuk. Kalau pun terjadi, persiapan dini telah diupayakan sehingga dampaknya tidak terlalu parah. Kalau pun tidak terjadi, syukurlah. Ia tidak sia-sia, karena yang telah kita upayakan akan menjadi tabungan, atau cadangan generasi berikutnya. Lagi pula, kucuran keringat kita dipahalai dan benih-benih yang kita sebar juga diganjari.
Bila dimaknai sebagai qanaah, benarlah adanya. Namun, bila kebutuhan di masa depan yang akan dihadapi lebih besar, berdiam diri berpangku tangan adalah ketidakbijaksanaan. Bila pun potensi kita masih besar, membiarkannya mendekam juga wujud penyia-nyiaan nikmat. Memiliki cadangan dan tabungan membuat hati lebih tenang. Di samping itu, tangan kita lebih sering terulur dan banyak jiwa yang karena itu mengucap syukur. Teruslah bekerja. Orang tua yang masih bisa menyantuni anak cucunya lebih hebat daripada orang tua yang berhenti bekerja lantas ditanggung keturunannya.
Menganggur atau berpangku tangan adalah hal yang dibenci oleh Islam. Ibnu Al-Jauzi menukil perkataan Abdullah yang mengatakan, "Aku sungguh benci kepada seseorang yang tidak melakukan pekerjaan dunia, tidak pula melakukan pekerjaan akhirat" (Hifzh Al-Umr, 1/35).
Maka, selagi tanah-tanah sekitar kita masih menumbuhkan benih dan buah, semailah. Ingatlah suatu masa kita tidak lagi berkesempatan menebar benih karena sudah terlambat. Tanah sudah tidak menumbuhkan, atau kita sendiri sudah tidak berkesempatan. Andai kemungkinan ini kita pahami dengan baik, tentu akan lebih sering menyingsingkan lengan baju dan celana daripada mengencangkan selimut.