Lihat ke Halaman Asli

Tata Tambi

mengajar, menulis, mengharap rida Ilahi

Pohon Wingit (Petani 2 Negeri #15 dari 60)

Diperbarui: 19 September 2024   12:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://berita.99.co/pohon-angker-di-rumah

Saya lebih suka mengatakannya pohon wingit, alias angker bin serem, daripada menyebutnya sebagai pohon bertuah, apalagi keramat. Pasalnya, bertuah artinya mengandung berkah. Sedangkan keramat berasal dari karamah yang berarti kemuliaan. Di sisi lain, menentukan objek tertentu mengandung berkah atau karamah, memerlukan dalil. Padahal, mengagungkan pohon-pohon dengan cara disuguhi sesajen atau diperlakukan terhormat itu sama sekali tidak ada tuntunannya, bahkan bertolak belakang dengan nilai-nilai pengesaan Allah, Sang Tunggal Yang Maha Pencipta.

Di antaranya adalah mitos dan kepercayaan tentang pohon beringin raksasa atau batu besar. Pohon kesyirikan, seperti juga batu dan benda alam lainnya, adalah pohon beracun. Siapa yang berhasil menebangnya, berarti telah menyehatkan alam sekitar. Siapa yang menggantinya dengan pohon tauhid, berarti telah menyemaikan pohon besar yang akan merindangi siapa saja yang berteduh di bawahnya.

"Tidak lama setelah meninggalkan kekufuran," tutur Abu Waqid Al-Laitsi, "kami keluar bersama Rasulullah ke Hunain. Saat itu orang-orang musyrik memiliki pohon bidara yang biasa mereka kerumuni. Mereka juga menggantungkan senjata-senjata mereka (untuk mendapatkan keberkahan). Pohon itu dinamakan Dzatu Anwath." Ia pun melanjutkan. "Kami pun melewati pohon bidara tersebut. Kami katakan, 'Wahai Rasulullah, buatkanlah kami Dzatu Anwath Sebagaimana mereka juga memiliki Dzatu Anwath'." Rasulullah lantas mengatakan, "Allahu Akbar! Ini adalah perbuatan orang terdahulu. Demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, kalian mengatakan sebagaimana yang dikatakan oleh Banu Isra'il,'Buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala)'." Musa menjawab,"Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)" (QS Al Araf: 138). "Sungguh kalian akan mengikuti sunnah orang sebelum kalian," (HR Ahmad:21.900).

Ibnu Taimiyah mengatakan, "Umar memerintahkan agar menebang pohon yang dianggap sebagai pohon yang di bawahnya pernah diadakan Baiat Ar-Ridhwan ketika orang-orang sering mendatanginya dan salat di dekatnya, seolah-olah itu Masjidil Haram atau Masjid Nabawi," (Iqtidha' Ash-Shirat Al Mustaqim, 2/144).

Ibnu Hajar menyebutkan sebuah riwayat bahwa sebelum menebangnya, Umar sempat mengancam orang-orang yang salat di bawah pohon tersebut, (Fath Al Bari, 7/448).

Ibnu Wadhah pernah mendengar Isa bin Yunus menuturkan bahwa Umar memerintahkan memotong pohon yang dibuat tempat salat tersebut karena khawatir terjadi fitnah (Taisir Al Aziz Al Hamid), sekaligus sebagai peringatan atas apa yang pernah diwanti-wanti Nabi akan perbuatan menyerupai orang-orang musyrik (Fathullah Al  Hamid Al Majid).

Dalam Kitab Talbis Iblis, Ibnu Al Jauzi meriwayatkan kisah yang dituturkan oleh Al Hasan Al Basri. Katanya, terdapat sebuah pohon yang disembah, selain Allah. Lalu, seorang pria hendak mendatanginya. "Akan kutebang pohon ini," gumamnya. Dilandasi kemarahan karena Allah telah dipersekutukan, dia datang untuk menebangnya. Lalu, datanglah setan yang berwujud manusia menemuinya.

"Mau apakah kau?"

"Aku ingin menebang pohon ini. Pohon yang disembah selain Allah."

"Kalau kau enggan menyembahnya, lalu apa rugimu jika orang-orang menyembahnya?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline