Lihat ke Halaman Asli

Tata Tambi

mengajar, menulis, mengharap rida Ilahi

Polikultur dan Mina Padi (Petani 2 Negeri #13 dari 60)

Diperbarui: 16 Agustus 2024   14:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://jogjabenih.jogjaprov.go.id/read/6162db23f998559f6904f6bf927b494bdd11e4814ab2f67576051c09a0a44f053101

Keluangan jarak antartanaman pokok menjadi lahan kreativitas para petani cerdik. Dengan sistem tumpang sari, tumpang gilir, atau tumpang sela, mereka sertakan beberapa tanaman produktif lainnya. Penanaman secara bersamaan pada tumpang sari, penanaman menjelang atau pascapanen pada tumpang gilir, juga penanaman pada sela-sela tanaman utama adalah penjabaran dan konsep polikultur.

Di antara contoh tanaman tumpang sari atau double cropping adalah jagung dengan kedelai, jagung dengan kacang tanah, jagung dengan kacang hijau, jagung dengan padi gogo, tomat dengan cabai, cabai dengan tomat merah, dan tanaman semusim lainnya.

Sedangkan tanaman tumpang gilir atau relay cropping di antaranya jagung dengan kacang panjang atau kacang koro, cabai dengan kacang panjang atau mentimun, melon dengan kacang panjang atau buncis, dan lain sebagainya.

Tanaman pendamping tersebut bisa berada di tengah-tengah tanaman inti, seperti genjer yang ditumbuhkan di sela-sela padi. Bisa juga ditanam di atas pematang, ini biasanya berupa palawija, atau rumput gajah atau rumput odot untuk pakan ternak. Semua ini tentu lebih menggiurkan dibandingkan sekadar monokultur yang hanya satu jenis dengan kemubaziran lahan.

Sekali merengkuh dayung, dua-tiga pulau terlampaui. Itulah kira-kira pepatah untuk menggambarkan multikultur dan mina padi. Satu lahan dua keuntungan. Memang terlihat padat. Memang lebih memeras keringat. Tapi setimpal dengan keuntungan yang didapat. Minimal, bisa menjadi tabungan atau cadangan untuk kebutuhan di luar anggaran. Yang pasti, spirit gelembungisasi kantong dan maksimalisasi potensi dari konsep inilah yang hendak kita adopsi.

Kebun akhirat kita pun bisa dikelola dengan prinsip yang sama. Sembari melakukan amalan utama, kita sisipkan amalan pendamping. Sekali melakukan amalan, dalam satu waktu, kita memanen dua keutamaan.

Beberapa amalan secara otomatis menganut konsep polikultur. Seperti salat yang mengandung beberapa gerakan utama seperti berdiri, rukuk, sujud, duduk, dipadu dengan bacaan ayat Al-Qur'an, dan zikir serta doa dalam setiap gerakan. Hal serupa terjadi pada ibadah haji. Berihram dan berjalan menuju Al Haram dengan talbiyah, tawaf mengelilingi Ka'bah tujuh kali diiringi doa, sai antara Safa dan Marwah. Ditambah berkurban dan bertakbir.

Contoh lain adalah sedekah kepada kerabat. Kata Rasulullah, "Bersedekah kepada orang miskin bernilai sedekah, sedangkan sedekah kepada kerabat bernila dua sedekah; sedekah dan silaturahmi" (HR Ahmad, 16.227).

"Doa antara azan dan ikamah tidak akan tertolak," (HR Abu Dawud, 521). "Siapa saja salat rawatib 12 rakaat dalam sehari semalam, akan dibangunkan baginya sebuah rumah di surga," (HR Muslim, 728).

Anda yang mewujudkan rasa bakti pada ayah bunda dengan rutin memijat tubuh mereka yang lelah dan renta, bisa mengiringi pijatan dengan kata-kata manis, nasihat, cerita lucu, dan sebagainya. Jangan salah, segala hal yang mendatangkan kebahagiaan juga ibadah. Ataum ketika mereka berdua sedang tidak berminat menyimak, cukup iringi pijatan dengan doa atau zikir. Moga tubuh ayah bunda kembali bugar dan tanaman akhirat Anda terus segar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline