Kelapa sawit atau tanaman yang memiliki nama Latin Elaeis guineensis Jacq. merupakan salah satu komoditas yang mendominasi beberapa wilayah perkebunan di Indonesia. Komoditas ini banyak dibudidayakan karena sangat menguntungkan dimana daging buahnya akan menghasilkan Crude Palm Oil (CPO), yang adalah jenis minyak nabati paling banyak dipakai oleh masyarakat dunia. Sebut saja untuk memasak sehari-hari dan menggoreng ayam, Anda pasti memakai minyak kelapa sawit bukan?
Saat ini, industri pengolahan kelapa sawit kian bersinar dan menguntungkan. Sejalan dengan meningkatnya industri pengolahan kelapa sawit, maka limbah yang dihasilkan dari pengolahan tersebut semakin banyak. Jenis limbah kelapa sawit dibedakan menjadi limbah padat dan limbah cair. Limbah padat ini meliputi tandan kosong, pelepah, cangkang, serabut, dan lain-lain. Sementara limbah cairnya meliputi air kondensat, air sisa pengolahan di in house keeping, dan lain-lain (Ditjen PPHP, 2006).
Limbah-limbah ini jika dibiarkan akan menumpuk dan mencemari lingkungan. Pengolahan limbah berbasis kesehatan lingkungan perlu diterapkan untuk mengurangi dampak negatif serta menggali potensi lain dari kelapa sawit. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah yang paling banyak jumlahnya. Dalam 1 ton tandan segar kelapa sawit akan menghasilkan 230 kg TKKS. Selama ini TKKS yang sudah dimanfaatkan baru 10% dari total tandan kosong yang dihasilkan (Dewanti, 2018).
Lantas apa saja yang bisa diolah dari limbah TKKS? Berbagai penelitian telah dilakukan untuk memanfaatkan limbah TKKS ini, diantaranya sebagai pupuk kompos, sebagai pulp kertas, papan partikel, maupun diolah menjadi sumber energi (bioetanol, bahan bakar, briket arang, dsb). Sebagian orang mengira pengolahan tersebut hanya bisa dilakukan oleh industri kelapa sawit saja, padahal anggapan itu salah. Masyarakat biasa juga bisa mengolah limbah TKKS supaya tidak membuangnya begitu saja di lahan. Memang ketika TKKS dikembalikan ke lahan, bahan organik yang terkandung di dalamnya akan terdekomposisi dan kembali lagi ke tanah. Akan tetapi prosesnya bisa berlangsung sangat lama. Berikut beberapa alternatif yang bisa dilakukan masyarakat untuk mengelola limbah TKKS-nya sendiri:
A. Mengolahnya menjadi pupuk kompos.
- Limbah TKKS dibersihkan dan di cacah sampai ukurannya menjadi kecil.
- Selanjutnya limbah TKKS dipindahkan kedalam terpal, kemudian dicampur dengan EM4, air, dan gula. Efektif Mikroorganisme 4 merupakan suatu campuran mikroorganisme yang dapat dipakai untuk mendekomposisikan bahan organik serta dapat memperbaiki sifat fisik, biologis, dan kimia tanah.
- Proses pengomposan dilakukan dengan syarat kelembaban terjaga, dan suhu 25-40C. Jika lebih maka karung penutup dibuka dan adonan dibolak balik untuk menjaga suhu tidak terlalu tinggi.
- Pupuk kompos yang telah jadi dan siap digunakan memiliki ciri-ciri berwarna kehitaman, tidak berbau, suhunya konstan, dan teksturnya remah.
B. Mengolahnya menjadi briket arang.
- TKKS dipisahkan dari kotoran-kotoran yang menempel, kemudian di jemur selama 3 hari sampai benar-benar kering.
- TKKS dimasukkan ke dalam drum pembakaran/ tempat pembakaran yang telah disiapkan untuk proses pengarangan. Dapat juga dibakar di dalam tanur dengan suhu 400C selama 60 menit.
- Arang yang dihasilkan kemudian dihaluskan hingga menjadi serbuk arang.
- Serbuk arang dicampur dengan perekat adonan tepung kanji dan dicetak serta dipadatkan.
- Briket arang yang sudah dicetak dapat dikeringkan dengan cara dijemur atau dioven sampai kering.
C. Mengolahnya untuk dijadikan pulp karton.
- Limbah TKKS dicuci dan dibersihkan dari kotoran.
- Limbah TKKS dijemur sampai kadar airnya sekitar 40-50%.
- Kemudian TKKS dibelah dan dijadikan serpihan dengan panjang 5 cm, lebar 4 cm, dan tebal 2 cm.
- Serpihan TKKS dimasak dengan ditambahkan larutan NaOH sebanyak 10%, selama 2 jam dengan suhu pemasakan maksimum 120C.
- Setelah itu, serpihan TKKS dicuci, dikeringkan, dan diuraikan hingga menjadi serat-serat.
- Kemudian pulp TKKS dicampur dengan kertas bekas, sludge industri kertas, dan digiling untuk dibentuk lembaran karton.
Demikian 3 alternatif pengolahan limbah TKKS yang mudah dan dapat dilakukan masyarakat. Bisa saja pengolahan limbah TKKS ini dilakukan dengan skala rumah tangga dan menjadi tambahan penghasilan. Semoga informasi ini berguna dan Salam Tani!
PUSTAKA:
Anggraini, Dian, dan H. Roliadi. 2011. Pembuatan Pulp dari Tandan Kosong Kelapa Sawit untuk Karton pada Skala Usaha Kecil. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 29(3): 211-225.
Dewanti, Dian P. 2018. Potensi Selulosa dari Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit untuk Bahan Baku Bioplastik Ramah Lingkungan. Jurnal Teknologi Lingkungan. 19 (1): 81-88.