Lihat ke Halaman Asli

Gugurnya KRI Nanggala 402: Bagaimana Penerapan Manajemen Risikonya?

Diperbarui: 28 April 2021   14:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KR Nanggala-402. (Foto: ANTARAFOTO/M RISYAL HIDAYAT)

Pada Rabu (21/4/2021) dini hari, Kapal Selam Republik Indonesia KRI Nanggala 402 dinyatakan hilang kontak di perairan utara Bali pada saat menjalani pelatihan penembakan senjata strategis. Proses pencarian dan evakuasi pun kemudian segera dilakukan dan dikejar oleh waktu dikarenakan cadangan oksigen dalam kapal hanya bertahan selama 72 jam.

Setelah melakukan pencarian yang juga dibantu oleh militer beberapa negara tetangga, serpihan puing KRI Nanggala 402 akhirnya ditemukan dan terdeteksi di kedalaman 838 meter dan dinyatakan tenggelam dengan kondisi kapal terbelah menjadi tiga bagian. Sebelumnya, Hadi mengatakan, penemuan lokasi KRI Nanggala-402 di kedalaman 838 meter utara Pulau Bali berasal dari hasil pemindaian peralatan pemancar sonar multibeam echosounder (MBES) dan magnetometer yang dipasang di KRI Rigel-933. Selanjutnya, hasil pemindaian dikonfirmasi dengan pencitraan bawah air secara visual dari peralatan kendaraan bawah air yang dikendalikan dari jarak jauh (ROV), oleh Kapal MV Swift Rescue, bantuan Singapura. "Dari situ diperoleh citra yang dikonfirmasi sebagai bagian KRI Nanggala-402," kata Hadi.

Sumber: Harian Umum Kompas

https://regional.kontan.co.id

Penyebab dari tenggelamnya KRI Nanggala 402 masih belum dapat diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan dikarenakan faktor alam dan bukan karena human error, mati listrik ataupun black out. Hal ini disampaikan oleh Laksamana Yudo Margono. "Sudah kita evaluasi dari awal saya berkeyakinan ini bukan human error dan lebih kepada faktor alam," kata Yudo, di Base Ops Lanud I Gusti Ngurah Rai Bali, Minggu (25/4/2021).

Sumber: Regional.kontan.co.id

Ada juga pendapat bahwa terdapat titik lemah dari kapal yang dapat menjadi penyebab tenggelamnya kapal. Eks Kepala Kamar Mesin KRI Nanggala-402 Laksamana Muda (Purn) Frans Wuwung menceritakan bagaimana kapal selam ini memang terdiri dari tiga bagian, yakni bagian depan atau haluan, kemudian tengah serta belakang dimana adanya posisi baling-baling.

"Tiga bagian ini diikat pengelasan, tiga bagian jadi satu dengan cara dilas sekelilingnya untuk menyatukan kapal selam ini," kata Profit CNBC Indonesia, Selasa (27/4/21).

"Dari tiga bagian yang solid bajanya itu diikat oleh pengelasan dan secara teori bisa tahu bahwa tempat pengelasan itu yang paling lemah karena dia nggak solid kan. Kalau sampe terbelah tiga, berarti memang dia sudah menyelam atau tenggelam melewati batas kemampuan kapal selam itu," sebutnya.

Sumber: CNBC Indonesia

Berdasarkan analisis data di atas, pendapat saya terkait dengan tenggelamnya KRI Nanggala 402 berdasarkan Manajemen Risiko ISO 31000 adalah penerapan manajemen risiko yang menurut saya sudah cukup baik, dikarenakan pada pendapat pertama berdasarkan apa yang disampaikan oleh Laksamana Yudo Margono bahwa diperkirakan penyebab tenggelamnya kapal adalah dikarenakan faktor alam, yang mana dalam kedalaman laut lebih dari 600 meter tekanan dalam laut cukup tinggi dan dapat merusak badan kapal. Selain itu, juga dikatakan oleh Laksamana Yudo Margono bahwa kapal selam KRI Nanggala-402 telah melaksanakan peran persiapan bertempur, menyelam, dan sebagainya. "Dari awal saya sampaikan kapal ini tidak atau bukan human error karena saat proses menyelam sudah melalui prosedur yang betul mulai laporan penyelaman dan terdengar dari penjejak kemarin itu," kata dia.

Sumber: Regional.kontan.co.id

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline