Lihat ke Halaman Asli

Tasya eka

mahasiswa

Si Jenius, Mengubah Sampah Jagung Jadi Pakan Ternak Berkualitas

Diperbarui: 12 November 2024   16:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah Kalian membayangkan "sampah" bisa menjadi "emas"? Ya, ini bukan dongeng atau sekedar kiasan. Di tengah melambungnya harga pakan ternak yang membuat para peternak menjerit, ternyata solusinya ada di depan mata - tepatnya di tumpukan limbah jagung yang selama ini terabaikan di ladang-ladang pertanian kita.

Selama ini, limbah tanaman jagung seperti batang, daun, dan tongkol hanya berakhir di pembakaran atau dibiarkan membusuk di lahan. Padahal, jika diolah dengan teknologi yang tepat, limbah ini menyimpan potensi nutrisi yang sangat berharga untuk pakan ternak. Berangkat dari masalah ini, lahirlah sistem fermentasi limbah jagung pintar (SCWFS).

SCWFS menggunakan kombinasi mikroorganisme probiotik pilihan dan enzim khusus untuk mengurai serat kasar dan meningkatkan protein limbah jagung. Hasilnya mengejutkan - kandungan protein meningkat dari 6% menjadi 14%, sementara serat kasar turun dari 33% menjadi 24%. Pakan hasil fermentasi ini juga mengandung probiotik yang menyehatkan ternak.

Implementasi di lapangan membuktikan efektivitasnya. Sapi yang diberi pakan fermentasi menunjukkan pertumbuhan 15% lebih cepat dengan biaya pakan 30% lebih hemat. Inovasi ini tidak hanya menyelamatkan lingkungan dari limbah pertanian, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi petani dan peternak Indonesia.

Bayangkan sebuah sistem yang bisa mengubah limbah jagung menjadi pakan ternak berkualitas tinggi secara otomatis. Inilah yang ditawarkan oleh Smart Corn Waste Fermentation System (SCWFS), sebuah terobosan teknologi dalam dunia peternakan Indonesia.

SCWFS menggabungkan teknologi fermentasi modern dengan sistem pemantauan pintar berbasis Internet of Things (IoT). Sistem ini memanfaatkan bakteri probiotik khusus dan enzim pilihan untuk mengolah limbah jagung. Proses pengolahan dipantau terus-menerus oleh sensor-sensor canggih yang mengawasi suhu, tingkat keasaman (pH), dan kandungan air.

Yang membuat SCWFS istimewa adalah kemampuannya menyesuaikan diri secara otomatis. Layaknya seorang koki handal, sistem ini menggunakan kecerdasan buatan untuk menganalisis data dari sensor dan menyesuaikan kondisi fermentasi agar selalu optimal. Misalnya, jika sensor mendeteksi pH terlalu tinggi atau rendah, sistem akan langsung melakukan penyesuaian untuk menjaga kualitas proses fermentasi.

Dengan teknologi pintar ini, proses pengolahan limbah jagung menjadi lebih efisien dan menghasilkan pakan ternak berkualitas tinggi secara konsisten. SCWFS tidak hanya membantu peternak mendapatkan pakan berkualitas, tetapi juga berkontribusi dalam mengurangi limbah pertanian dan menciptakan sistem pertanian-peternakan yang lebih berkelanjutan.

Mari kita lihat data mengejutkan dari pengujian sistem fermentasi limbah jagung pintar (SCWFS) yang dilakukan di laboratorium. Sistem ini berhasil mengubah limbah jagung biasa menjadi pakan ternak super. Kandungan protein kasar melonjak dari hanya 6% menjadi 12-14%, sedangkan serat kasar yang sebelumnya 33% turun menjadi 24%. Kemampuan ternak mencerna pakan pun meningkat drastis hingga 65%. Bonus tambahan, pakan ini diperkaya dengan probiotik alami yang menjaga kesehatan ternak.

Tak hanya di laboratorium, keberhasilan SCWFS juga terbukti di lapangan. Di peternakan percontohan, sapi yang mengonsumsi pakan hasil fermentasi ini tumbuh 15% lebih cepat dibanding sapi dengan pakan biasa. Peternak juga bisa tersenyum lega karena efisiensi pakan meningkat 20% dan biaya pakan berkurang hingga 30%.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline