Lihat ke Halaman Asli

Kampung Nan Jauh di Mato dan Aransemen Musik Dunia

Diperbarui: 28 Februari 2024   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

KAMPUNG NAN JAUH DI MATO DAN ARANSEMEN MUSIK DUNIA

Tasya Aulia Asyifa

12 IPS 4, SMA NEGERI 3 KABUPATEN   TANGERANG

 
     Lagu daerah merupakan salah satu ciri khas dari kebudayaan yang dapat memiliki sejuta makna didalamnya. Hampir seluruh daerah di Indonesia memiliki lagu daerah yang menceritakan tentang kebudayaan yang dimiliki daerahnya sendiri. Begitu juga dengan Tanah Minang di Sumatera Barat. Kampuang Nan Jauh di Mato, sebuah melodi nan merdu yang tak asing bagi telinga masyarakat Indonesia. Lagu Minang ini tak hanya memikat dengan irama sendunya, tetapi juga liriknya yang sarat makna, mengantarkan pendengarnya pada perasaan rindu kampung halaman.
 
Lagu Yang Bercerita Tentang Minang
 
     Lagu ini diciptakan oleh Oslan Hussein, seorang maestro musik Minang yang lahir di Bukittinggi pada tahun 1907. Di tahun 1931, di tengah gejolak pergerakan kemerdekaan dan budaya Minangkabau yang sedang bangkit, Oslan Hussein melahirkan lagu ini. Keunikan yang dimiliki lagu ini tidak hanya pada melodi nan merdu dan penggunaan Bahasa Minang di dalamnya. Lirik yang menceritakan tentang kerinduan seorang perantau asal Minang kepada kampung halamannya menjadi tema utama didalam lagu ini. Tidaklah hanya sampai di sana, lagu ini juga mencerminkan tentang budaya orang Minang yang kental dengan gotong royong yang dapat kita lihat tertuliskan di dalam liriknya.
 
Mengembangkan Lagu Daerah untuk Khalayak Luas
 
    Di balik lantunan melodi yang indah dan juga lirik yang sarat akan makna, banyak upaya manusia untuk tetap menjadikan lagu ini didengar dan dirindukan oleh generasi muda sekarang. Banyak penyanyi dari Tanah Minang yang membawakan lagu ini, seperti Elly Kasim pada tahun 1986 yang membawakan kembali lagu ini dengan aransemen yang lebih semangat tanpa menghilangkan ciri khas suara alat musik Minang. Kalau kita mundur lagi ke Tahun 1969 juga ada Ernie Djohan yang dengan suara khasnya membawakan kembali lagu ini dengan aransemen musik jazz blues. Membawakan lagu ini di dalam album Teluk Bayur in Apollo Beat dengan nuansa yang benar-benar berbeda tetapi tetap menarik dan menceritakan makna yang sama di dalam lagunya.
    Dengan banyaknya upaya dalam melestarikan budaya dalam bentuk lagu ini, salah satu yang paling memikat mata, telinga dan hati adalah karya dari Dimitrij Ray dan Roni Sugiarto yang dibawakan oleh Saint Angela Choir pada Tokyo International Choir Competition 2023 di Jepang. Daripada menggunakan banyak alat musik daerah, kali ini Saint Angela Choir mengandalkan paduan suara yang di ulik ulang dengan ciri khas musik klasik untuk membawakan lagu Kampuang Nan Jauh di Mato. Hasilnya pun berbuah manis, tidak hanya lagu ini diperdengarkan di mata dunia, tetapi mereka juga berhasil membawa pulang peringkat kedua dalam pagelaran seni internasional ini.
 
    Begitu banyak perubahan yang terjadi terhadap lagu ini, mulai dari lantunan melodi, alat musik yang digunakan, sampai cara pertunjukan itu dilakukan. Perubahan ini muncul karena adanya perubahan zaman yang sulit menerima alat musik daerah sebagai pentas kesenian zaman sekarang. Hal ini mungkin agak disayangkan karena lagu ini pada awalnya memang dibuat dengan kesederhanaan untuk menceritakan kisah tentang lagunya dan sekarang berubah menjadi sebuah seni pertunjukan yang dipertontonkan. Besar harapannya kalau adanya campur tangan musik modern, lagu ini bukanlah hanya sebuah seni pertunjukan, tapi sebuah seni bercerita tentang indahnya kehidupan yang dimiliki oleh masyarakat minang. Indahnya kebiasaan hidup masyarakat Minang yang menjadikan dasar dari sebuah kerinduan untuk masyarakatnya kembali lagi ke tanah asal dia berasal. Pelajaran tentang bagaimana masyarakat yang hidup rukun dan bersatu seperti dalam lirik lagu tersebut.
 
Menjaga Kebudayaan Dengan Cara Modern
 
    Melestarikan budaya yang ada di tanah kita sendiri bukanlah hal yang sulit. Melestarikan budaya bukan berarti kita tidak boleh menerima perubahan dan kemajuan yang ada. Budaya yang ada di Tanah Minang ini diabadikan di dalam sebuah lagu oleh Oslan Hussein, kemudian nilai yang ada di dalam lagunya ini menjadi ciri bagaimana masyarakat Minang hidup dan berbudaya, yang kemudian diceritakan ulang lagi dengan berbagai macam cara oleh berbagai macam orang dari berbagai macam generasi guna menceritakan dan menjaga nilai dan budaya yang ada di dalam lagu tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline