Lihat ke Halaman Asli

Tasya Amelia Auranisa

be an extraordinary is a must.

Pemasaran dan Distribusi Ubi Kayu di Langkat, Sumatera Utara

Diperbarui: 12 April 2021   19:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Sebagai negara agraris, Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam khususnya pada bidang pertanian. Sumber daya alam negara indonesia biasanya dimanfaatkan sebagai bahan pangan utama masyarakat Indonesia. 

Salah satu hasil pertanian yang menjadi bahan pangan utama selain beras ialah ubi kayu atau kerap kita sebut dengan singkong. Ubi kayu merupakan tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan pangan, pakan, sumber energi, dan berbagai macam keperluan industri (Islami, 2015). Ubi kayu merupakan tanaman yang memiliki waktu tanam selama 7-12 bulan sebelum siap dipanen (Roja, 2009).

Ubi kayu merupakan tanaman pangan utama ketiga setelah beras dan jagung. Dalam mengembangkan pertanian ubi kayu sangat mudah mendapatkan keuntungan, selain itu ubi kayu memiliki biaya penanaman dan pemeliharaan yang lumayan rendah, tetapi hasilnya atau produksinya sangat berpengaruh terhadap pasar.

Sumatera Utara merupakan salah satu daerah potensial untuk menghasilkan ubi kayu. Dari tabel 1 dapat dilihat sentra produksi ubi kayu di seluruh Kabupaten dan Kota Sumatera Utara mulai tahun 2007 hingga tahun 2011. Data ini merupakan data yang dipublikasikan Melalui Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. Deli Serdang merupakan daerah yang termasuk dalam produksi terbesar penghasil ubi kayu di Sumatera Utara, kemudian setelahnya ada Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Serdang Bedagai.

Selain hasil panen dan produksi tani yang baik, hal yang perlu diperhatikan ialah pemasaran dan distribusi dari produk pertanian yang ada, hal ini berkaitan dengan pentingnya peran bidang pertanian dalam mendorong perekonomian suatu daerah.  Kegiatan pemasaran merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan usaha tani. Jika suatu usahatani tidak mampu memasarkan hasil pertaniannya dengan baik maka biaya produksi tidak akan tercukupi dan terpenuhi sehingga menimbulkan kerugian pada usaha tani.

Tahapan awal dalam pemasaran dan produksi serta distribusi ubi kayu adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dari ubi kayu itu sendiri, dimana analisis tersebut ialah luas lahan, bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. Lalu dilakukannya analisis mengenai tingkat produksi dan pendapatan petani ubi kayu di Sumatera Utara. Rata-rata pendapatan yang diperoleh oleh petani ubi kayu di Sumatera Utara sebesar Rp. 30.722.921,60 per musim tanam dimana rata-rata produksi sebesar Rp. 26.887,5 kg. Dan untuk produksi 1 kg ubi kayu diperoleh keuntungan sebesar Rp.1.142,647.

Setelah itu didapatkan mengenai rantai pemasaran, sebaran harga, margin pemasaran, dan besaran bagian harga yang diterima. Berdasarkan analisis yang didapatkan dalam menentukan pemasara =n ubi kayu di Sumatera Utara didapatkan alur pemasaran yang dimulai dari Petani -- Pedagang -- Pabrik Pengolahan (Konsumen). 

Ketika alur pemasaran suatu produk usaha tani telah diketahui maka akan memudahkan dalam penentuan struktur pasar, berdasarkan studi kasus ubi kayu di Sumatera Utara didapatkan bahwa struktur pasar yang ada merupakan duopsoni. Pasar duopsoni adalah suatu pasar dimana hanya dikuasai oleh dua orang/kelompok pembeli sebagai konsumen, dan dalam penelitian ini pedagang hanya terdiri dari dua orang yang membeli ubi kayu terhadap banyak petani atau dalam hal ini yaitu sebanyak 40 sampel.

Nantinya pendistribusian ubi kayu ini akan dibeli oleh konsumen, dengan salah satu pemanfaatannya dijadikan sebagai home industri keripik singkong. Selain itu ubi kayu juga dimanfaatkan sebagai olahan opak kukus dan opak getuk. 

Salah satu home industri yang menggeluti bidang usaha ubi kayu ialah Mas Hendro. Home industri ini mendapatkan pasokan ubi kayu yang berasal dari pasar yang sebelumnya didapatkan oleh petani ubi kayu yang ada di Langkat, Sumatera Utara. Volume pemasaran ubi kayu di home industri memang lebih sedikit dibandingkan dengan pemasaran ke pasar industri. Namun, tetap saja home industri yang terdapat di Langkat sangat membantu perekonomian warga yang menekuninya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline