Lihat ke Halaman Asli

Pemanfaatan Tanaman Porang sebagai Upaya Peningkatan Ekonomi Masyarakat Pedesaan

Diperbarui: 11 Oktober 2022   22:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Porang adalah tanaman yang biasa disebut Iles -- iles atau Complang oleh sebagian masyarakat di Jawa. Dalam sejarah Botani, marga tanaman ini berasal dari Asia Tropik ke Afrika. Lalu berlanjut ke Filiphina, Malaysia, Pulau Jawa, dan Kepulauan Pasifik. Namun, belum tercatat dan belum diketahui sampai saat ini siapa orang yang pertama kali membawa tanaman ini.  

Tanaman porang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan tanaman Suweg, sehingga banyak orang mengira bahwa tanaman Porang merupakan tanaman Suweg. Namun sebenarnya kedua tanaman ini memiliki perbedaan. Ciri khas tanaman Porang yang membedakannya dengan tanaman Suweg yakni Porang memiliki bintil yang terletak di cabang tangkai daun, sedangkan tanaman Suweg tidak memilikinya.

Tanaman Porang umumnya ditanam oleh masyarakat di pedesaan. Karena pada daerah pedesaan terdapat hutan, dimana hutan adalah tempat yang cocok digunakan dalam membudidayakan tanaman porang. Tanaman ini dapat tumbuh baik jika berada di bawah tegakan hutan, terutama pohon Sono dan Jati. 

Namun, pada saat ini, pertumbuhan Porang di Indonesia mulai berkurang dikarenakan minimnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat Porang. Padahal, jika dimanfaatkan dengan benar Porang dapat menambah penghasilan yang sangat menguntungkan. 

Manfaat dari Porang selain digunakan menjadi bahan makanan juga bisa digunakan sebagai bahan industri. Lebih dari itu, ternyata tanaman Porang merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia ke luar negri. Tujuan utama komoditas ekspor tanaman Porang ini adalah negara Jepang dan Vietnam. Negara tersebut memerlukan Porang sebagai bahan makanan atau bahan industri.

Karena banyak masyarakat yang menganggap tanaman Porang tidak penting dan belum mengetahui manfaat dan cara pengolahan yang benar. Selain itu, mereka menganggap bahwa tanaman ini hanya membuat gatal ketika memegang dan terkena getahnya. Namun pada faktanya, rasa gatal akan timbul jika pengolahannya tidak tepat. 

Dengan demikian, jika masyarakat mulai membudidayakan dan mau mengolahnya, sebenarnya  Porang ini merupakan alternatif yang bisa dipilih masyarakat untuk bercocok tanam maupun berwirausaha. Melihat bahwa  persaingan  dalam dunia Porang ini sangat minim dikarenakan tidak banyak orang yang membudidayakan. Hal ini merupakan peluang besar dalam meningkatkan perekonomian masyarakat desa. 

Selain itu, dengan adanya produktivitas Porang yang naik maka kegiatan ekspor juga akan naik pula, sehingga masyarakat desa pun bisa ikut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, mengingat bahwa Indonesia belum bisa memenuhi permintaan ekspor Porang dari negara tetangga.

Sejauh ini masyarakat yang sudah membudidayakan Porang, namun ketika panen mereka hanya menjual Porang sebagai bahan mentah atau bahan baku saja tanpa diolah terlebih dahulu. Padahal, jika masyarakat mengetahui bagaimana cara mengolah Porang menjadi suatu produk industri, hal itu bisa menambah nilai ekonomis dari Porang itu sendiri.

Porang bisa diolah menjadi produk industri, salah satunya bisa dijadikan tepung yang yang nantinya dapat dibuat menjadi suatu produk olahan makanan yang inovatif. Namun, pembuatan tepung Porang tidak semudah membuat tepung kanji dari singkong atau ketela pohon. Untuk membuat tepung porang yang berkualitas diperlukan adanya teknik pengolahan yang benar. Teknik pengolahan Porang untuk dijadikan tepung antara lain yaitu:

  • Tahap pencucian

Umbi porang dimasukkan ke dalam keranjang, lalu dilakukan pengguyuran air secara terus menerus.

  • Tahap penyotiran
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline