Dear World,Kalau pada pagi hari ini kami rakyat Indonesia yang sedang bersuka cita menyaksikan dan merayakan pelantikan Presiden baru kami, maka janganlah kaget melihat betapa luar biasanya euphoria yang kami tunjukkan dan luapan energi poasitif yang merebak di setiap sudut kampung dan pulau nusantara kami menyambut sang pemimpin baru. Rasa ini meletup luar biasa karena hari ini merupakan anti-klimaks dari ujian yang datang bertubi-tubi pada proses demokrasi di Negara kami. Kami adalah pemenangnya, seluruh rakyat yang merindukan Indonesia yang lebih baik.Wahai warga dunia, anda layak terkesima, senang bahkan cemburu pada kami. Kami telah menunjukkan bahwa demokrasi yang diusung dan didengungkan oleh bangsa maju, dapat kami capai jauh lebih cepat dari mereka sendiri, dengan keadaan yang jauh lebih kompleks, penduduk yang jauh lebih banyak (menghitung dari titik awal kemerdekaan) dan wilayah yang jauh lebih luas (dari tingkat kesulitannya untuk dijangkau). Presiden kami yang baru adalah buah dari kesulitan yang menempa, hasil dari kesabaran akan cercaan dan cemohan yang bertubi-tubi dan nikmat yang mengikuti keikhlasan dan ketulusan berperilaku. Maka, pahamilah kalau hari ini kami akan berteriak lantang pada dunia, bahwa mulai saat ini, kami akan buktikan pada setiap jiwa warga dunia, bahwa Indonesia besar bukan karena jumlah penduduk dan luas wilayahnya saja, tapi karena jiwa rakyat dan (akhirnya) pemimpinnya yang besar - legowo, ksatria dan apapun namanya, untuk kembali bersatu dan mulai menapaki hari baru.Hari ini, tetangga-tetangga kami di ASEAN, sobat-sobat kita di Pan Afrika, Pan Amerika, Uni Eropa dan lainnya akan takzim mengikuti pelantikan pemimpin baru Indonesia, dengan perasaan kagum bercampur tak percaya (dan tentu saja sedikit cemburu) karena rakyat kami telah berhasil melahirkan pemimpin yang lahir dari anak desa di kaki gunung, menapaki karir yang berjenjang dengan proses yang terbuka dan lulus ujian demokrasi yang sesungguhnya. Ini terjadi saat Hongkong masih dilanda rusuh, Malaysia dilanda gelisah dalam gerakan mencari jati diri, Spanyol yang dihantui perpecahan, Syria dan Ukraina yang masih bergolak. Dear World, dengan rahmat dan hidayah Allah, Tuhan Yang Maha Satu, ternyata kami bisa melakukannya...! Ternyata kekayaan minyak dan gas yang melimpah, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerintahan yang berusia ratusan tahun, bukanlah jaminan untuk suatu proses dan peri kehidupan demokrasi yang sehat, aman dan menyejukkan. Jiwa besar lah resepnya. Kearifan dan kedewasaan berpikir lah tuntunannya, keikhlasan dan keteguhan hati lah pagarnya. Kalau kami bisa, maka anda pun mampu melakukannya..! Dear World,Hari ini doa kami menyertai anda, semoga seluruh warga dunia dapat merasakan kegembiraan dan kelegaan hati yang sama, dengan yang kami rakyat Indonesia rasakan hari ini. Berkibarlah panji-panji kemerdekaan berpikir dan bertindak, tergaungkan lah keluasan hati menerima perbedaan dan perubahan dan terpujilah jiwa-jiwa yang melaksanakannya dengan penuh keiklasan dan keteguhan hati, untuk sebuah dunia yang lebih baik, untuk diwariskan kelak. Dari seberang samudra Pasifik, doaku menyertai Presiden dan Pemimpin Indonesia yang baru: Joko Widodo dan Yusuf Kalla.Arusha- Tanzania, 20 Oktober 2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H