Pernah mendengar sebagian orag berkata, "Aku telah menyadari pentingnya do'a, akan tetapi aku tidak mengetahui apa maksut serta maknanya. Pengetahuanku tentang doa juga sangat minim, hanya beberapa doa yang ku hafal dan sering kulantunkan hanya itu-itu saja. Malu terkadang ketika mendengarnya sendiri, tajwid yang kurang benar ditambah bacaan yang kurang fasih berkolaborasi menghasilkan pikiran kurang percaya. Tampak seperti buah mangga yang belum waktunya masak dipaksakan matang karena keadaan yang tak memungkinkan.
Masih halu dengan beberapa tingkahku. Apakah doaku yang sederhana ini mampu mengetuk pintu langit, sehingga akan dibuka dan di terima sebagai tamu? Apakah masih harus aku berdoa, sementara doaku tak pernah terkabul? Aku hanya bisa berdoa dengan bahasa sederhana, masihkah ucapan yang keluar dari lisan seorang pendusta masih diterima?
Bergembira sekali aku, ketika fajar pulang pada pangkuanya. Menarik sekali jika semua orang terlelap tidur sementara mataku masih meminta berjaga. Aku menyadari akan kelemahanku, satu hal yang ingin sekali kulakukan ketika malam kepagi-pagian datang. Duduk mengharap dengan menceritakan sekarung kekuranganku dengan harapan diberikan kelebihan. Sampai saat ini semua yang terjadi hanyalah hayalan pada gantungan ketidakpastian. Bersandar pada semua takdir Tuhan, rebahan atas semua ikhtiyar. Itu pun hanya sebatas rencana yang belum tersampaikan.
Saudaraku, masih ingatkah dengan cerita seseorang yang mendatangi Nabi Muhammad Saw dan bertanya, "Wahai Rasulullah, aku tidak bisa berdoa sepertimu atau seperti Muadz?" Lalu Rasulullah bertanya, "Lantas apa yang kau baca?" Orang itu menjawab, "Ya Allah, aku meminta surgamu dan sekaligus berlindung dari neraka." Nabi pun berkomentar, "Seperti itulah aku dan Muadz berdoa."
Saudaraku, mulai kini coba yakinkan dirimu. Hilangkan keraguan yang terus menggerogoti pikiran baikmu. Berdoalah sebisa mungkin dengan bahasa yang kamu ketahui. Jangan khawatir jika Tuhan tak akan mengerti, jangan mempersulit diri. Mengertilah, jangan sampai bermunajat dengan main-main dan membuat-buat. Lakukan apa yang kamu bisa selagi itu baik, jika engkau jujur dan cinta kepada Tuhan maka lisanmu akan dijadikan lisanmu seperti orang-orang saleh. Nakun perlu di ingat, lakukan dengan penghayatan sehingga sampai muncul kecintaan. Tunjukan rasa rendah hatimu, kusyuk, tenang dan mengharap bahwasanya engkau tidak bisa hidup sendiri tanpa Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H