Lihat ke Halaman Asli

Keterkaitan Cuaca Mancanegara dengan Indonesia

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Oleh: Nanda Alfuadi

Pengamat Meteorologi Sangkapura Bawean

Cuaca Ekstrim Mancanegara

Beberapa hari yang lalu, dunia sempat digemparkan dengan berita membekunya air terjun Niagara dan danau Michigan. Ikon besar wilayah AS yang berbatasan dengan Kanada ini mulai mengalami pembekuan sejak Selasa (7/1/2014) lalu. Dilaporkan juga bahwa pusaran kutub danau Michigan sudah berubah menjadi lautan es batu. Peringatan dini NOAA menyebutkan bahwa angin yang sangat dingin (wind chills) dengan kecepatan diatas 30 mph (48 Km/jam) dapat menyebabkan temperatur turun hingga -37oC (-35F) and -46oC (-50F) di Minnesota dan Wisconsin. Dua puluh enam negara bagian lainnya juga berada dalam kawasan warning udara dingin, bahkan temperatur di Montana mencapai -52oC (-61F)  seperti dikutip dari theguardian.com.

Kondisi cuaca super ekstrim itu dianggap menjadi gangguan ekonomi terbesar AS setelah badai Sandy tahun 2012 silam.  Cuaca super ekstrim di AS itu juga melumpuhkan industri penerbangan. Lebih dari 20 ribu jadwal penerbangan dibatalkan, dengan kerugian mencapai sekitar USD100 juta. Tentu hal ini menjadi kabar yang sangat mencengangkan, pasalnya fenomena seperti ini sangat langka terjadi di daerah Kanada.

Selain di Kanada, di Mesir, Vietnam, dan Cina Selatan juga mengalami cuaca ekstrim berupa hujan salju di negara-tersebut.

Cuaca Tanah Air

Belum selesai berita-berita tentang cuaca ekstrim di mancanegara, media massa kembali ramai dengan pemberitaan tentang banjir yang menggenangi wilayah Tanah Air. Kini ditahun 2014, banjir kembali menggenangi beberapa wilayah di Jakarta. Meski tak sampai melumpuhkan Ibukota seperti banjir tahun 2013 lalu, namun tentu hal ini menjadi momok bagi mobilitas warga Jakarta.

Berdasar data curah hujan BMKG, hujan pada 2013 dan 2014 memiliki perbedaan yang mencolok yaitu pada cakupan wilayah yang diguyur hujan serta intensitas curah hujannya. Pada tahun 2013 distrubusi hujan sangat lebat ≥100mm hampir diseluruh wilayah Jakarta, sedangkan tahun 2014 terkonsentrasi dipenyangga kota Jakarta seperti Depok dan Bogor.

Data sementara dampak banjir di Jakarta yang dihimpun BPBD DKI Jakarta hingga Senin (13/1) pukul 07.00 wib, banjir telah menyebabkan 276 RT, 75 RW di 31 kelurahan di 18 kecamatan terendam banjir. Sebanyak 7.367 rumah (24.269 jiwa) terendam banjir. Pengungsi 5.152 jiwa tersebar di 35 titik pengungsi. Tinggi banjir bervariasi di beberapa tempat. Daerah banjir yang terparah terjadi Cawang, Cililitan, Bidara Cina, dan Kampung Melayu dengan tinggi mencapai 400 cm.  Menurut Drs. Achmad Zakir, M.M.SI., Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG, pantauan kondisi atmosfer tanggal 14 Januari 2014 menunjukkan ada kemunculan bibit badai tropis di Australia Utara yang akan mempengaruhi pola cuaca di wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara termasuk Jakarta. Apabila bibit badai tersebut berkembang menjadi badai tropis dan bergerak ke arah Samudera Hindia maka pada akhir minggu ini di wilayah Jakarta kecil kemungkinannya terjadi hujan lebat yang merata, tetapi masih berpotensi terjadi angin kencang. Namun, apabila bibit badai tersebut bergerak ke daratan Australia maka di wilayah Jawa sampai Nusa Tenggara akan terbentuk pertemuan angin (konvergensi) yang mengakibatkan tumbuhnya awan-awan hujan yang intensif yang memungkinkan terjadinya hujan lebat di wilayah Jakarta.

Selain di Jakarta, banjir juga terjadi di wilayah Manado. Lebih dari 2.000 warga mengungsi akibat banjir bandang, longsor, dan gelombang tinggi yang melanda sekitar Manado, Sulawesi Utara, Rabu (15/1/2014).

Dalam keterangan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo, hujan deras mengguyur Kota Manado sejak Selasa (14/1/2014). Tercatat 11 kecamatan yang terdampak banjir di Kota Manado. Banjir terjadi di Kecamatan Sicala, Wenang, Singkil, Wanea, Tunginting, Paal Dua, Paal Empat, dan Bunaken. Ketinggian banjir di bantaran sungai mencapai enam meter. Sementara itu di kota, ketinggian air sekitar 1,5 meter. Banjir juga menyebabkan empat jembatan putus, sementara sampai saat ini hujan belum berhenti.

Angin kencang terjadi di sekitar Manado hingga kecepatan 15-20 knot. Tinggi gelombang di perairan utara Mando 3-5 meter. Pantauan citra satelit menunjukkan awan masih banyak di sekitar Sulawesi Utara. Potensi banjir masih cukup tinggi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline