Lihat ke Halaman Asli

Petani Jatim Harus Siap Hadapi Musim Hujan 2013/2014

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada musim kemarau tahun ini, tercatat 10 hektar lebih lahan pertanian di Jawa Timur yang mengalami kekeringan. Dari data Dinas Pertanian, hingga 31 Agustus, 2,3 hektar tercatat sudah mengalami fuso. Meskipun menurut Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jawa Timur, Nurfalakhi, jumlah tersebut tidak terlalu mempengaruhi jumlah produksi padi di Jawa Timur jika dibandingkan dengan total lahan padi di Jawa Timur, namun hal ini tentu menjadi masalah besar bagi petani yang mengalaminya. Dan jika bisa optimal, kenapa harus mengalami gagal panen/fuso? Hal ini karena kurangnya perencanaan terkait prakiraan musim.

Kini musim hujan telah tiba. Pertanyaan petani Jatim bukan tentang kekeringan lagi namun lebih pada bagaimana curah hujan di musim penghujan 2013-2014 ini? Apakah terdapat potensi gagal panen karena banjir? Hal ini lumrah dipertanyakan karena di Jawa Timur sendiri lebih dari 75% daerah pertaniannya mengandalkan musim.

Pengendali Hujan di Jawa Timur dan Pengaruhnya

Keberagaman musim hujan di Jawa Timur dipengaruhi oleh kondisi fisis global dan regional yaitu El Nino/La Nina, sirkulasi monsun Asia-Australia, Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ), serta kondisi suhu permukaan Laut Jawa. Sementara kondisi topografi Jatim yang memiliki daerah pegunungan, daerah berlembah, serta keberadaan pantai, juga menambah beragamnya kondisi iklim di wilayah Jatim, baik menurut ruang (wilayah) maupun waktu.

Menurut NCEP(USA), POAMA (Australia), JAMSTEC (Japan) dan BMKG, Indeks Nino34 bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014 diprakirakan berada pada kondisi normal hingga El Nino lemah. Hal ini mengindikasikan bahwa curah hujan di Indonesia, termasuk Jawa Timur, pada musim hujan 2013/2014 cenderung normal berdasarkan efek El Nino/La Nina.

Sirkulasi monsun (Monsun Asia) di Indonesia diprakirakan masih dalam kondisi normal hingga akhir tahun ini dan akan melemah pada Maret hingga April 2014 mendatang. Hal ini juga mengindikasikan bahwa berdasarkan pengaruh monsun, curah hujan di Indonesia cenderung normal.

Posisi ITCZ berada pada bulan Juli 2013 berada di sebelah utara ekuator dan cenderung bergerak ke arah selatan menuju garis ekuator mengikuti pergerakan tahunannya. Posisi tersebut cukup sesuai dengan kisaran rata-rata, sehingga potensi kejadian musim hujan di beberapa wilayah diprakirakan akan cenderung normal.

Kondisi suhu muka laut (SST) pada bulan Januari 2014, daerah Laut Jawa dan sekitarnya diprakirakan akan memiliki SST terhangat dibandingkan pada bulan November 2013 hingga April 2014 dengan anomali >0,6oC. Jadi kemungkinan pada bulan Januari 2014 mendatang akan menjadi bulan dengan intensitas hujan terlebat untuk daerah Jawa Timur.

Wilayah Nganjuk bagian barat daya, Madiun bagian tenggara, Kediri bagian barat, Mojokerto bagian selatan, Pasuruan bagian barat, Sidoarjo bagian tengah, Malang bagian barat laut, Probolinggo bagian tenggara, Situbondo bagian selatan, Banyuwangi bagian barat laut, dan Bawean yang diprakirakan akan mengalami hujan dengan curah hujan >401mm. Kemudian pada bulan-bulan selanjutnya SST Laut Jawa akan berada pada kisaran normalnya.

Wilayah Jawa Timur yang didominasi oleh daratan datar (83%) dan daerah yang berbukit dan bergunung-gunung (11%), menyebabkan jumlah curah hujan (sifat hujan) di Jawa Timur beragam. Daerah yang berada pada daerah hadapan angin yang mengarah ke gunung akan memiliki curah hujan lebing tinggi dibandingkan dengan daerah dataran menengah yang relatif tanpa penghalang (Sandy:1996). Selain itu daerah pesisir yang memiliki jarak relatif lebih dekat dengan sumber uap air juga akan memiliki curah hujan lebih tinggi.

Prakiraan Sifat Hujan Musim Hujan 2013/2014 di Jawa Timur

Sebelum membahas mengenai prakiraan sifat hujan oleh BMKG, ada istilah yang harus dipahami yaitu Zona Musim (ZOM) dan tingkat normal sifat hujan. ZOM adalah daerah-daerah yang mempunyai batas yang jelas secara klimatologis antara periode musim hujan dan periode musim kemarau. Sedangkan untuk sifat hujan dapat dikatakan normal jika data hasil pengamatan/prakiraan dibandingkan dengan data selama 30 tahun sebelumnya (1981-2010) memiliki presentase 85-100%, jika >100% dikatan di atas normal, dan jika <85% dikatakan di bawah normal.

Berdasarkan prakiraan BMKG, di Jatim terdapat 31 ZOM dengan sifat hujan musim hujan 2013/2014 di atas normal, meliputi Magetan, Ngawi, Tuban bagian utara, Gresik,

Lamongan, Ponorogo bagian utara, Trenggalek bagian timur, Tulungagung, Blitar, Malang, Surabaya bagian barat, Sidoarjo, Mojokerto, Pasuruan, Sidoarjo, Daerah sekitar Gunung Arjuno, Daerah sekitar Gunung Bromo dan Semeru, Probolinggo, Lumajang, Daerah sekitar Gunung Argopuro, Situbondo, Bondowoso, Jember, Daerah sekitar Pegunungan Ijen, Pamekasan, Pulau Bawean. 22 ZOM dengan sifat hujan musim hujan 2013/2014 normal, meliputi Bojonegoro, Pacitan, Trenggalek bagian selatan dan barat, Daerah sekitar Gunung Wilis, Nganjuk, Jombang, Kediri, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep bagian barat. 4 ZOM dengan sifat hujan musim hujan 2013/2014 di bawah normal, meliputi Pacitan bagian utara, Ponorogo bagian selatan, Trenggalek bagian barat, Banyuwangi, Bangkalan bagian selatan, Sumenep bagian tenggara dan timur.

Langkah Petani

Dengan adanya informasi ini diharapkan petani Jawa Timur lebih bisa merencanakan hal-hal yang berkaitan dengan pertanian, seperti jenis tanaman yang akan ditanam, waktu penanaman benih, dan antisipasi jika ada hama yang akan menyerang tanaman. Sebagai contoh pada bulan Januari 2014 ada beberapa daerah yang diprakirakan mengalami hujan dengan dengan curah hujan yang tinggi, hal ini harus diantisipasi dengan pemilihan jenis bibit tanaman yang berbatang kokoh dan tahan terhadap kondisi air yang berlebih. Waktu penanaman juga penting guna menghindari rusak/gagalnya benih yang ditanam mengingat benih atau tanaman yang masih muda tidak dapat hidup jika mendapat kelebihan air. Pemilihan jenis bibit dan waktu tanam juga penting untuk penentuan waktu penuaian. Ini berkaitan dengan proses pengeringan tanaman biji-bijian seperti padi, jagung, dan kedelai. Jangan sampai ketika tanaman bibit telah ditanam, ternyata tanaman tersebut tidak sesuai dengan musim yang terjadi, sehingga terjadi perombakan tanaman kembali. Petani Jawa Timur harus siap menghadapi musim apapun dan kapanpun.

Langkah Pemerintah

Untuk tercapainya hasil pertanian Jawa Timur yang berkualitas unggul, seharusnya pemerintah bersinergi dengan pihak-pihak terkait dengan pertanian serta perkebunan wilayah Provinsi Jawa Timur untuk lebih mensosialisasikan prakiraan musim yang akan datang. Karena banyak petani di Jawa Timur yang merasa sulit memprakirakan musim saat ini. Negara yang kuat adalah ketika pemerintah dan rakyat selalu bersinergi membangun bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline