Penyengat dan Lingga adalah dua daerah penting di Provinsi Kepri. saya sudah 3 kali berkunjung ke daerah ini. Penyengat dan Lingga merupakan gambaran masalalu Kepri sampai awal abad 20 ketika pada tahun 1911 kesultanan Riau-Lingga dihapuskan oleh Belanda. Penyengat dan Lingga juga merupakan dua kutub penting pusat kekuasaan di kesultanan Riau-Lingga ketika itu.
Lingga merupakan tempat kediaman Sultan yang mulai ditempati sekitar tahun 1803-an. ketika itu sultan Riau, menyingkir dari Kampar karena menghindari gangguan Belanda. sedang Penyengat merupakan sebuah pulau kecil tempat kediaman bagi Yang Dipertuan Muda (YDM), semacam perdana menteri sultan Riau-Lingga. Posisi YDM secara turun temurun dikuasai oleh Bangsawan Bugis, sedang posisi Sultan didominasi oleh Bangsawan Melayu.
Sementara itu, sebelum 1803 pun di Lingga patut diperkirakan bahwa Islam pernah menginjakkan kaki di sana. Hal ini berdasarkan sumber-sumber sejarah, bahwa Aceh pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636) mengejar Sultan Johor (Sultan Abdullah/Bungsu). Sultan Abdullah merupakan pengganti sultan sebelumnya yang wafat akibat serangan Aceh. Ketika itu, Sultan Abdullah tetap diberi kuasa di Johor dan dinikahkan dengan adik Sultan Iskandar Muda asalkan tunduk pada Aceh. Beberapa lama kemudian Johor kembali melawan Aceh, dan adik Iskandar Muda dikembalikan ke Aceh. Karena khawatir akan serangan Aceh yang marah, maka sultan Abdullah lari dari Johor hingga sampai di Lingga. namun akhirnya, pasukan Aceh berhasil memasuki dan menyerang Lingga, akhirnya, Sultan Abdullah pun wafat di Tambelang.
Kesultanan Riau-Lingga merupakan kelanjutan dari tradisi kerajaan-kerajaan Islam Melayu. Rintisan awalnya adalah kerajaan Malaka yang "musnah" karena serangan Portugis pada 1511 dan dikuasai Portugis sampai 1641M. Keturunan sultan-sultan Malaka kemudian membangun Kesultanan Johor sejak 1525, bersamaan dengan Aceh yang tercatat dalam sejarah pada 1524M. Kesultanan Johor kemudian berkembang menjadi segitiga kekuatan Melayu, Johor-Riau-Lingga. Namun, belakangan akibat ekspansi Inggris dan Belanda maka pada pertengahan abad XIX segitiga ini terbagi menjadi dua, Johor-Singapura dikuasai Inggris, sedang Riau-Lingga dikuasai Belanda.
Di penyengat terdapat puing-puing peninggalan yang kini masih dapat kita saksikan, seperti: Masjid Sultan (konon dibuat dengan adonan yang dicampur telor), Makam Raja Haji Fisabilillah (YDM), Raja Ali Haji (sastrawan), Engku Hamidah dll., juga terdapat puing-puing Istana Sultan dan YDM di Penyengat. Hal yang sama juga terdapat di Lingga, seperti gerbang istana sultan, makam-makam para sultan, puing-puing istana dan Masjid Sultan Riau-Lingga, bekas tempat pengolahan sagu, dan alat penggiling tanah.
Bila dibandingkan dengan Lingga, Penyengat lebih mudah diakses oleh kita. Pulau kecil ini terletak kurang dari 10-an KM dari pelabuhan Tanjung Pinang, dan dapat ditempuh dengan kepompong hanya dalam waktu 20 menit. Sedangkan Lingga terletak 60an Mil dari TanjungPinang. Melalui pelabuhan Daik, Lingga dapat ditempuh dalam waktu 5 jam dari pelabuhan Tanjung Pinang. Lalulintas Tanjungpinang-Lingga hanya tersedia sekali dalam 1x sehari. Kapal dati Tanjung Pinang berangkat pukul 11.00 dan kembali dari Lingga esok hari jam 07.00.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H