I Pendahuluan
Untuk memahami prosedur pemeriksaan menggunakan dialektika model Hermeneutis dan filosofi hanacara, dalam memahami dan menaganalisis fenomena sosial yang terjadi. dalam dielektika Hengelian dalam melakukan analisis terhadap fenomena dengan tesis, antitesis dan sintesis adalah alat analisis untuk memahami konflik, melakukan harmoni dan membuat penyelesaian konflik.
Sedangkan filosofi Hanacara yang merupakan aksara tradisional jawa tidak hanya merupakan simbol tulisan tetapi memiliki filosofi kehidupan terkait dengan konflik, keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan.
II Apakah yang yang dimaksud dengan Dialektika Hermeneutis dalam kaitannya dengan Prosedur Pemeriksaan Pajak. (WHAT)
1) Dialektika Hermeneutis
Dialektika Hermeneutis merupakan metode filsafat yang memandang setiap fenomena atau ide sebagai bagian dari proses konflik yang melibatkan tiga tahap utama: tesis, antitesis, dan sintesis, atau Tesis adalah ide utama, logika utamanya, antitesis adalah ide untuk melawan ide utamanya dan sintesis adalah proses untuk mendamaikan dua tahap yang saling berlawanan (tesis dan antitesis).
Dalam kaitan dengan prosedur pemeriksaan pajak, tesis adalah aturan regulasi terkait perpajakan yang dibuat untuk dapat dipatuhi oleh wajib pajak, antitesis adalah bahwa regulasi ini memberatkan wajib pajak, sehingga dibuatkan perencanaan pajak yang aggresif, atau adanya penghindaran pajak atau pada tahap penggelapan pajak, sedangkan sistesis adalah proses pembuktian dari fiskus dalam melakukan pemeriksaan pajak untuk dapat membuktikan kepatuhan wajib pajak dan proses hukum lanjutan dalam keberatan dan banding.
2) Filosofi Hanacaraka
Aksara Jawa, dikenal juga sebagai Hanacaraka dan Carakan yang merupakan salah satu aksara tradisional Nusantara yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa dan sejumlah bahasa daerah Indonesia lainnya seperti: bahasa Sunda dan bahasa Sasak. Tulisan ini berkerabat dekat dengan aksara Bali.