Lihat ke Halaman Asli

Dimanakah Kehebatan Bahasa Indonesia?

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13456293921206749076

[caption id="attachment_208149" align="aligncenter" width="680" caption="Kalaoe Ada Arang Bertanya Berapakah Jumlahmoe, Maka Jawablah Kami Satoe ! | suroenboyo.blogspot.com"][/caption] SUTARNO. “........ Ketiga : Kami Poetra dan Poetri Indonesia Mengjoenjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia”. Itulah salah satu teks Sumpah Pemuda pada kongres pemuda tanggal 27 – 28 Oktober 1928 yang dilaksanakan oleh 9 perwakilan pemuda dari berbagai daerah di tanah air sekaligus sebagai panitia, dan diketuai oleh Soegondo Djojopoespito. Adapun konggres pemuda ini juga dihadiri pula oleh 71 pemuda perwakilan dan 4 orang peninjau kongres dari Golongan Timur Asing Tionghoa. Itulah salah satu dasar yang paling dalam pondasi penggunaan Bahasa Indonesia hingga saat ini. Hal ini kembali dipertegas dengan UUD 45 Bab XV Pasal 36 yang berbunyi Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia. Darimanakah Bahasa Indonesia tersebut ? Pada dasarnya Bahasa Indonesia merupakan metamorfosa dari berbagai Melayu yaitu Bahasa Melayu Riau. Penggunaan Bahasa Melayu sendiri di kawasan Asia terutama Asia Tenggara telah dimulai dari ditemukan bukti prasasti di berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya prasasti di Palembang bertuliskan tahun 683 M dan 684 M, di Bangka dan di Jambi bertuliskan 686 M, di Jawa Tengah bertuliskan angka 832 M dan di Bogor 942 M. Semuanya menggunakan Bahasa Melayu Kuno. Bahasa Melayu sebelum bermetamorfosa menjadi Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa daerah layaknya Bahasa Jawa, Sunda, Bugis, Batak dsb. Seiring perkembangan jaman dan penjajahan yang masuk ke Indonesia, Bahasa Melayu tetap berkembang sebagai bahasa daerah yang digunakan untuk percakapan sehari-hari. Penjajahan Belanda dari tahun 1602 – 1942 bukanlah waktu yang singkat untuk bisa memberontak dari pengaruh-pengaruh Belanda termasuk bahasa sehari-hari. Sebenarnya dalam kurun waktu 3,5 abad tersebut, penggunaan bahasa Belanda dalam keseharian (terutama dalam administrasi dan kepemerintahan) telah berjalan dengan baik dan lancar. Hal ini dibuktikan dengan berbagai arsip dan administrasi di antara tahun tersebut semuanya menggunakan bahasa Belanda. Seiring dengan masuknya tentara Jepang ke Indonesia tahun 1942 sedikit banyak telah mampu membantu bangsa Indonesia untuk melupakan bahasa Belanda dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan pemerintah Jepang melarang penggunaan bahasa Belanda dan hanya memperbolehkan menggunakan bahasa Timur (Jepang) atau bahasa Indonesia. Dengan adanya pendudukan Jepang itulah, bahasa Indonesia berkembang pesat dalam kehidupan sehari-hari, karena bangsa Indonesia kesulitan untuk berkomunikasi dengan bahasa Jepang. Mengapa harus Bahasa Indonesia ? Diikrarkannya teks Sumpah Pemuda tahun 1928 merupakan salah satu puncak kekuasaan Belanda di Indonesia, tetapi mengapa pemuda-pemuda waktu itu mempunyai suatu jiwa nasionalis untuk mewujudkan satu Indonesia ? Mungkin itulah kelebihan-kelebihan pemuda saat itu, tidak menikmati begitu saja hal-hal yang telah di tawarkan oleh pemerintah Belanda. Penggunaan istilah Bahasa Indonesia pada dasarnya di awali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Untuk menghindari “meng-anak tiri-kan” bahasa daerah lain dan untuk menjujung satu kesatuan, maka dipilihlah nama menjadi Bahasa Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan terus berkembangnya Bahasa Indonesia saat ini yang terus berkembang sesuai dengan kolokial masyarakat setempat. Oleh sebab itulah Bahasa Indonesia terus bertambah dan menghasilkan kata-kata baru baik melalui penyerapan dari berbagai bahasa yang ada (daerah maupun asing) maupun penciptaan kosa kata. Walaupun Bahasa Indonesia digunakan lebih dari 85% warga Negara Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, Bahasa Indonesia bukan berasal dari bahasa daerah penggunanya. Bahasa Melayu bukan merupakan bahasa ibu yang mayoritas dituturkan oleh penggunanya di wilayah nusantara pada eranya hingga saat ini. Jika hanya sekedar berfikir tentang kekuatan semata, mungkin Bahasa Jawa atau Bahasa Sunda dengan jumlah pengguna yang lebih banyak dapat beradu argumen untuk dijadikan Bahasa Indonesia. Tetapi ikrar Sumpah Pemuda yang dikumandangkan oleh pemuda-pemuda saat itu menyadari betul, bahwa hal itu bukan yang utama dan hanya berfikir SATU INDONESIA. Adapun yang menjadi pertimbangan penggunaan Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia saat itu adalah :

  1. Bahasa Melayu merupakan bahasa daerah / bahasa ibu di nusantara, sehingga tidak dianggap sebagai bahsa asing.
  2. Bahasa Melayu tidak mengenal tingkatan dan bersifat sederhana, sehingga mudah untuk dikenalkan dan dipelajari.
  3. Bahasa Melayu telah berkembang dan digunakan berabad-abad di sebagian besar wilayah nusantara dan kawasan asia, tidak seperti halnya bahasa daerah lain.
  4. Walaupun tidak menjadi bahasa mayoritas, Bahasa Melayu penggunaannya menyebar luas di wilayah nusantara dan daerah-daerah lain.

Apakah hal itu Terjadi di Negara Lain ? Indonesia adalah salah satu dari 45 negara di dunia yang mempunyai status sebagai Negara kepulauan. Kedudukan Indonesia di antara Negara-negara kepulauan tersebut adalah sebagai Negara kepulauan terbesar dan terluas. Dengan luas wilayah ± 1.910.931,32 Km2, jumlah penduduk ± 242,325,638 jiwa, jumlah pulau ± 17.504 pulau dan ± 750 bahasa lokal. Jika kita bandingkan dengan Negara kepulauan Papua Nugini, luas wilayah Indonesia 41 kali luas Papua Nugini. [caption id="attachment_208152" align="aligncenter" width="575" caption="Contoh Bahasa Negara-negara Kepulauan | dok. Pribadi"]

13456297521877903945

[/caption] Dengan melihat contoh tabel penggunaan bahasa ibu / nasional menjadi bahasa resmi, di antara 45 negara kepulauan di dunia hanya 19 negara (42%) yang menggunakan bahasa ibu / nasional menjadi bahasa resminya, selebihnya (58%) negara-negara tersebut menggunakan bahasa internasional (Inggris, Perancis, Spanyol, Portugis dll). [caption id="attachment_208150" align="aligncenter" width="458" caption="Penggunaan Bahsa Ibu di Negara Kepulauan | dok. pribadi"]

1345629587560131299

[/caption] Sedangkan dari 193 negara di dunia hanya 55% yang menggunakan bahasa ibu / nasional menjadi bahasa resmi. Sedangkan 45% negara di dunia menggunakan bahasa internasional. [caption id="attachment_208151" align="aligncenter" width="458" caption="Penggunaan Bahasa Ibu di Dunia | dok. pribadi"]

13456296721114272515

[/caption] Dengan gambaran tersebut, kita bisa membandingkan dengan negara kita dari segi apapun, luas, jumlah penduduk, jumlah bahasa, budaya dll. Hanya 42% Negara kepulauan di dunia yang mampu menyatukan masyarakatnya untuk berfikir hanya satu nasionalis. Sedangkan 58% Negara-negara tersebut lebih memilih jalan pintas dengan memilih bahasa internasional tanpa berfikir nasionalis. Dengan melihat perbandingan tersebut, mestinya kita berfikir, betapa hebatnya FOUNDING FATHERS yang meletakkan dasar-dasar kepemerintahan di negeri ini. Dengan jumlah penduduk, suku bangsa, bahasa dan budaya yang sangat beragam, beliau mampu mengesampingkan semua itu dan hanya berfikir SATU INDONESIA. Sehingga banyak negara lain yang ingin belajar tentang kesatuan dan persatuan di Indonesia. Satu lagi kehebatan dari Indonesia dengan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Jika negara-negara lain mulai berfikir dan melirik kehebatan Indonesia tentang kesatuan dan persatuan, mengapa kita bangsa Indonesia mulai melupakan kesaktian Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika ? ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Salam | Blog Pribadi | Facebook | Twitter -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline