Lihat ke Halaman Asli

Tarjum Sahmad

Sambil bekerja, menekuni dunia marketing dan jalani hoby menulis.

Mengapa Banyak Orang yang Benci MLM?

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14210546481118000263

[caption id="attachment_345963" align="aligncenter" width="477" caption="Ilusrasi : www.sustainet.com"][/caption]

Banyak orang yang berpikir negatif terhadap bisnis jaringan atau MLM. Ada yang trauma bahkan ada yang sampai membenci bisnis MLM.

Sebenarnya saya sempat khawatir ketika akan menulis tentang MLM ini di Kompasiana. Ya, khawatir nanti saya dikira mau promosi bisnis MLM di Kompasiana. Tapi kekhawatiran saya ternyata keliru, artikel pertama saya tentang MLM berjudul “Mutiara dari Bisnis Jaringan” malah diganjar jadi pemenang lomba nulis bertema ekonomi dan bisnis.

Sebelum membahas lebih lanjut menenai bisnis jaringan, perlu saya tegaskan di sini, bahwa melalui artikel ini dan artikel-artikel berikutnya dengan tema bisnis jaringan, saya tak bermaksud menawarkan produk atau peluang bisnis jaringan kepada para Kompasianer. Tidak! Saya juga tak akan menyebut nama perusaahaan atau nama produk MLM tertentu di sini.

Yang akan saya lakukan adalah, berbagi cerita, pengalaman dan informasi seputar bisnis jaringan. Karena saya senang menulis, berbagi dan kebetulan saya juga senang bisnis jaringan. Saya bukan pengamat MLM yang hanya mengamati MLM dari luar, tapi saya pelaku bisnis jaringan yang merasakan sendiri pahit manisnya dan susah senangnya menjalani bisnis MLM.

Saya sudah menjalankan bisnis jaringan selama 8 tahun lebih. Apa yang saya cari di bisnis jaringan dan apa pula yang saya dapatkan dari bisnis jaringan? Jawabanya sudah saya tulis secara singkat di sini.

Saya berharap, artikel tentang MLM ini bisa meluruskan salah persepsi tentang bisnis MLM. Karena suka atau tidak, setuju atau tidak, banyak orang yang memilih MLM sebagai pilihan bisnisnya, ini harus kita hargai. Banyak diantara mereka yang sukses, namun tidak sedikit pula yang gagal. Ini sebenarnya hal yang sangat wajar, karena di bisnis apa pun pasti ada yang sukses dan ada yang gagal.

Orang jarang mempermasalahkan ketika pelaku bisnis konvensional mengalami kegagalan. Sebaliknya kegagalan para pelaku bisnis jaringan sering dijadikan senjata untuk menghujat dan menjelek-jelekan bisnis jaringan. Saya sering menjumpai di media sosial (blog, forum dan situs jejaring sosial) sekelompok orang menghujat dan menghina perusahaan, produk dan pelaku bisnis jaringan. Mereka menyebut bisnis MLM sebagai bisnis yang gak jelas, bisnis jualan mimpi sampai bisnis penipuan. Hujatan mereka dilengkapi dengan bukti-bukti berupa tulisan, foto dan video.

[caption id="attachment_345964" align="aligncenter" width="425" caption="Kegagalan di bisnis jaringan adalah hal biasa seperti yang terjadi di bisnis konvensional (ilustrasi: hutantropis.com)"]

14210547431761920475

[/caption]

Sebagai pelaku bisnis jaringan, saya tak bermaksud membela atau mengunggulkan bisnis jaringan dari bisnis konvensional, bukan itu maksud saya menulis artikel ini. Saya hanya ingin menjelaskan bisnis jaringan secara proporsional dan apa adanya.

Salah satu penyebab mengapa banyak orang yang trauma bahkan benci bisnis jaringan adalah sikap negatif para pelaku bisnis jaringannya sendiri.

Memang, sebagaimana system bisnis lain, system bisnis jaringan juga bukan system yang sempurna, ada sisi positif dan sisi negatifnya. Sisi negatif bisnis jaringan inilah yang membuat sebagian orang tidak suka, trauma bahkan membenci bisnis jaringan. Diantara mereka ada pelaku dan ada juga yang hanya pengamat bisnis jaringan yang tak pernah terjun langsung di dalamnya.

Pelaku yang gagal di salah satu bisnis jaringan biasanya akan mengkambing hitamkan perusahaan, produk dan marketing plan sebagai penyebab kegagalan mereka. Padahal kegagalan di bisnis jaringan kebanyakan disebabkanoleh kesalahan pelakunya sendiri.

Pandangan negative terhadap bisnis jaringan, bukan semata karena ketidakfahaman mereka terhadap sistem bisnis jaringan, tapi sebagian besar karena ulah para palaku bisnisnya sendiri.

Pelaku bisnis jaringan kadang terlalu over saat menawarkan atau mengajak orang untuk join. Memberikan janji-janji muluk tanpa menjelaskan cara kerjanya dengan benar. Kadang mengundang atau mengajak orang dengan cara-cara yang menjebak dan membohongi.

Mengapa bisa begitu? Karena ingin dan ingin cepat sukses dan cepat kaya dari bisnis jaringan.

Apakah itu salah? Punya impian atau keinginan untuk sukses dan kaya gak salah, malah bagus untuk memotivasi diri. Tapi harus diimbangin dengan ketekunan dan kegigihan menjalani prosesnya. Tak mudah menyerah ketika menemui masalah.

Apakah cukup dengan ketekunan dan kegigihan untuk sukses di bisnis jaringan? Tentu tidak! Penguasaan produk dan sistem marketingnya mutlak sebuah keharusan.

Karena itulah dibutuhkan seorang mentor atau pembimbing saat awal-awal menjalani bisnis jaringan, agar langkah-langkah perjalanan bisnisnya lebih terarah, fokus dan terorganisir.

Siapa yang akan menjadi mentor di bisnis jaringan? Sponsor dan Upline. Mereka orang-orang yang sudah berpengalaman karena lebih dulu menjalani bisnis jaringan. Mereka sudah mengalami dan merasakan pahit-getirnya bisnis jaringan.Mereka bukan penasihat atau pengamat yang hanya menilai dari luar tanpa pernah menjalani bisnisnya. Mereka mentor sekaligus pelaku bisnis jaringan.

Bisnis jaringan tak beda dengan bisnis konvensional; perlu kerja keras, antusiasme, ketekunan, kegigihan dan kerjasama tim yang solid. Tak ada jaminan sukses di bisnis apa pun, termasuk di bisnis jaringan.

Karena itulah di perusahaan MLM ada yang namanya “suport sistem atau sekolah bisnis” sebagai media pendidikan dan pembelajaran bagi para member. Semakin bagus sebuah bisnis jaringan semakin bagus sistem pelatihan dan pendidikan untuk para membernya. Melalui sekolah bisnis inilah para leader menduplikasikan sistem kepada para member di jaringannya, sehingga kesuksesan leader bisa diduplikasi oleh para downlinenya.

[caption id="attachment_345962" align="aligncenter" width="493" caption="Seminar dan pelatihan untuk meningkatkan skill bisnis member (dok. pri)"]

14210545421364673371

[/caption]

Jika duplikasi system dari upline ke downline berjalan baik, maka akan semakin banyak pelaku bisnis jaringan bisa meraih sukses. Jika pebisnis jaringan banyak yang sukses, pandangan-pandangan negatif, trauma dan kebencian terhadap bisnis jaringan akan terkikis dengan sendirinya.

Sampai di sini dulu artikel bisnis jaringan yang kedua dari saya. Tulisan berikutnya yang membahas tentang seluk-beluk, sisi lain dan hal-hal menarik dari bisnis jaringan akan diposting di kesempatan berikutnya.

Setelah membaca artikel ini, apakah teman-teman Kompasianer masih berpikir negatif terhadap bisnis jaringan? Mari kita diskusikan di kolom komentar.

Apa pun pandangan teman-teman Kompasianer terhadap bisnis jaringan, itu hak anda sepenuhnya. Sebagai pelaku bisnis jaringan saya hanya berbagi cerita dan pengalaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline